bernama American-Israel Public Affair Committee (AIPAC), yang dikenal sebagai organisasi lobi yang paling kuat dan paling berpengaruh di Washington dengan anggaran per tahunnya yang bisa mencapai lebih dari 70 juta dollar. Dibandingkan dengan lobby politik yang pro Arab di Amerika, lobby pro Israel ini memiliki kekuatan 145 : 1 sehingga bisa dikatakan bahwa lobby ini tak bisa ditandingi oleh lobby politik manapun yang ada di Amerika. Kaum Yahudi sebenarnya hanya mempunyai populasi sekitar 6 juta orang saja di Amerika atau hanya sekitar 2,3% populasi Amerika, dimana sekitar 89% di antaranya tinggal di 12 negara bagian yang terpenting di Amerika Serikat. Sehingga dengan kebijakan politik electoral votes yang berlaku di Amerika maka di 12 daerah pemilihan penting itu saja sudah cukup untuk memilih seorang Presiden Amerika Serikat. Itulah sebabnya tidak ada satupun politisi, anggota Senat, anggota Kongres bahkan Presiden Amerika yang berani mengkritik dan bersuara lantang terhadap Yahudi karena hampir bisa dipastikan karir politik mereka akan segera habis, contohnya adalah Paul Findley, mantan anggota Kongres dari Partai Republik asal Illinois, dan James Atkins, mantan Duta Besar Amerika Serikat untuk Arab Saudi, yang langsung habis karir politiknya karena pernah berusaha membongkar kedok AIPAC ini. Sejak tahun 1976 terdapat 124 Komite Aksi Politik (PAC) yang pro Israel di Amerika. Para pelobi politik pro-Israel juga melakukan tugasnya bagaikan ”perang suci agama” (seperti halnya kaum militan dan radikal di negeri ini). Hasilnya, banyak kalangan non-Yahudi yang kemudian bersikap lebih pro-Israel daripada kaum Yahudi sendiri. Setiap jajak pendapat menjelang pemilihan umum menunjukkan, kaum Yahudi dan non-Yahudi pro-Israel hampir selalu menjadi kelompok penentu kemenangan pemilu di Amerika Serikat.
Kaum Yahudi di Amerika sadar bahwa posisi negara
Israel senantiasa terancam dan sangat rentan untuk diserang oleh negara2
Arab. Oleh karena itu mereka berusaha memastikan kelanggengan
keberadaan negara Israel dengan cara memastikan kuatnya cantolan politik
mereka di Amerika sebagai negara terkuat di dunia saat ini. Maka jangan
heran jika kaum Yahudi Amerika sangat mencintai politik lebih dari kaum
yang lain. Seorang politisi ataupun kandidat senator yang
pro-Israel bisa menerima uang sumbangan dari kaum Yahudi sebanyak 10-20
kali lipat lebih banyak ketimbang kandidat lain. Mereka juga akan
berusaha memastikan kandidat yang pro Israel tersebut menang dengan cara
apapun termasuk dukungan media, donasi kampanye, akses politik dan
sebagainya. Mereka juga bisa memboikot seorang politisi yang
dianggap kurang pro Israel untuk mematikan karir politiknya. Tapi boikot
yang mereka lakukan bukan dengan cara teriak2 di jalanan, melakukan
kekerasan dan aksi konyol kelas amatiran dan level rendahan seperti di
negeri ini yang justru membuat kedok mereka terbongkar dan ditertawakan
orang. Mereka melakukannya dengan cara yang sangat cerdas, halus,
canggih, tersembunyi, diam-diam dan sulit dibuktikan. Raja media dan
salah satu orang terkaya di dunia, Ted Turner boss CNN, pun sempat
ketakutan dan minta ampun kepada mereka hanya karena CNN pernah satu
kali menayangkan iklan kemanusiaan yang menunjukkan rasa simpati
terhadap rakyat Palestina. Kesaktian lobby ini juga pernah terlihat saat
Presiden Bill Clinton hampir dipecat (impeachment) gara2 kasus skandal
sex dengan sekretarisnya yang bernama Monica Lewinsky. Bahkan untuk
mengalihkan isu dan tekanan tersebut, Bill Clinton pernah mengirimkan
bom ke Irak namun tetap saja tidak berhasil mengalihkan isu pemecatan
atas dirinya tersebut. Baru setelah dia “sowan” dan merunduk kepada para
pemuka agama Yahudi / Rabbi di Amerika dan mencium tangan mereka maka
kasus tersebut menguap dan langsung hilang begitu saja sehingga
posisinya sebagai Presiden Amerika tetap aman. Diantara bukti tekanan dan kemampuan lobby ini dalam
mengendalikan kebijakan luar negeri Amerika (terutama yang berhubungan
dengan wilayah Timur Tengah) adalah : menekan pemerintah Palestina
melalui surat yang ditandatangani oleh 259 anggota kongres dan 79
senator untuk memaksa Uni Eropa dan Amerika Serikat tidak memberikan
bantuan kepada Otoritas Palestina sebelum mencapai persyaratan
internasional, menjamin perolehan bantuan luar negeri untuk Israel yang
mencapai US$2.52 triliun pada tahun 2006 dan dukungan ekonomi serta
militer, melarang bantuan dan kontak Amerika Serikat dengan Hamas sampai
pemimpinnya mengakui keberadaan negara Israel, mencap stasiun televisi
Hezbollah sebagai agen teroris melalui surat Presiden Bush yang
ditandatangai oleh 51 senator dan meningkatkan bantuan militer kepada
Israel mencapai US$ 1 triliun dalam bentuk bantuan pemerintah. Kasus Suriah juga ditengarai tidak luput dari operasi
intelijen yang melibatkan lobby politik yang sakti mandraguna ini. Hal
ini terbukti saat Menteri Pertahanan Israel mengatakan bahwa Bashar
Asaad adalah musuh yang harus digulingkan. Negara2 di Timur Tengah akan
selalu diadu domba, dipecah belah dan dilemahkan agar mereka tidak bisa
bersatu sehingga menjamin stabilitas dan keamanan Israel di kawasan
tersebut. Terbukti saat ini negara Timur Tengah
seperti Libya, Irak, Suriah, Yaman dan Mesir yang merupakan musuh yang
potensial bagi Israel dibuat hancur dengan strategi Perang Saudara yang
dipicu oleh isu sektarian dan SARA. Dimanapun orang-orang yang bodoh dan
keras kepala memang akan selalu menjadi korban kepintaran, kecerdikan
dan kelicikan dari orang2 yang memiliki IQ yang jauh lebih cerdas dan
lebih canggih daripada dirinya. Saya tidak membenci Yahudi, Israel atau manusia
manapun. Bagi saya semua orang memiliki kedudukan yang sama di hadapan
Tuhan apapun agama, suku, bangsa, ras maupun warna kulitnya. Saya hanya
berusaha membela keadilan dan kemanusiaan. Rakyat Palestina yang dijajah
dan ditindas oleh Israel harus dibebaskan sebagaimana rakyat Tibet juga
harus dibebaskan dari penindasan Cina. Saya membela hak rakyat
Palestina dengan kadar yang sama dengan pembelaan saya terhadap rakyat
Tibet. Tapi saya juga membela Israel saat ada orang yang
jingkrak2 kegirangan karena Israel terkena kebakaran hebat kemarin dan
menganggapnya sebagai hukuman Tuhan. Sungguh hanya orang yang sakit jiwa
saja yang bisa berbahagia dengan penderitaan sesamanya yang lain. Team Anti Media Indonesia
menuliskan hal ini karena rasa prihatin dimana masih sangat banyak
orang di negeri ini yang selalu mencampuradukkan antara agama yang
sebenarnya bersifat ruhaniah dengan politik yang sebenarnya bersifat
duniawiah sehingga keduanya malah menjadi kotor dan semakin kacau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar