Minggu, 30 Juli 2017

Mosul Dibebaskan-Tapi Bersyarat

Ada pembebasan yang menggembirakan. Dari Paris pada tahun 1944, misalnya-pemberontakan pembebasan dan kegembiraan. Dan kemudian ada pembebasan timbal balik: Warsawa pada tahun 1944; Berlin di tahun 1945; Dan, baru-baru ini, Sarajevo's.
Pembebasan Mosul jelas termasuk dalam kategori kedua.
Ada rasa lega, tentu saja. Ada juga kegembiraan kemenangan - dan, bagi seseorang yang mengalami beberapa tahap pertempuran paling mengerikan dari dalam, ada emosi yang kuat.
Tapi, melihat gambar korban yang muncul dari kota, wajah mereka ketakutan dan ditarik dari delapan bulan di neraka; Melihat medan kehancuran dimana salah satu kota tertua di dunia telah berkurang; Menghitung jumlah mereka yang terbunuh, orang-orang yang mengungsi, orang-orang dari mana Negara Islam mengambil segalanya saat kalah perang ini, sulit untuk tidak merasa sangat cemas.
Apakah benar-benar perlu, pertama-tama, menunggu tiga tahun sebelum memutuskan untuk bertindak? Sebelum meluncurkan serangan tersebut, apakah kita harus memberi waktu kepada musuh untuk memperkuat posisinya, untuk mendapatkan senjata canggih, untuk mengairi jaringan teroris di luar negeri, untuk disembelih dan kemudian dibantai lagi? Ketika bukti horor itu nyata seperti di Mosul, mungkinkah kita tidak mengambil inisiatif dan membunuh telur ular itu, seperti Ingmar Bergman yang mendesak salah satu film terbaiknya?
Dan bagaimana dengan "Day After"? Akankah koalisi memutuskan bahwa pekerjaannya selesai sekarang yang akhirnya berhasil diatasi, dengan pasukannya yang luas, beberapa ribu pejuang yang sangat disiplin yang kuat hanya karena kelemahan kita (terutama masa depan kita)? Dan akankah kita, sekali lagi, membual "Mission Accomplished" saat orang-orang yang terbelenggu dari kekuatan Islam ragtag jatuh kembali ke Hawija, Tal Afar, Raqqa ... atau Paris?
Nasib apa nasib pemenang bagi jutaan warga Mosul, sehingga banyak di antara mereka yang memandang Negara Islam dengan baik sebelum segera merasa kecewa? Akankah para pemenang memperlakukan orang-orang yang tetap tinggal - atau siapa yang melarikan diri sangat terlambat dalam permainan - sebagai kolaborator, ataukah mereka menganggap mereka sebagai sandera? Mungkinkah kita gagal menyadari bahwa perilaku pembebas - apakah dengan murah hati atau terinspirasi oleh balas dendam - akan menentukan wajah masa depan sebuah kota yang, dengan sedikit pekerjaan, dapat diubah menjadi laboratorium perdamaian dan rekonsiliasi?
Siapa yang akan meminjamkan pekerjaan rekonstruksi itu, pekerjaan yang jika dilakukan dengan benar akan menjadi pembebasan kedua? Irak? Sebuah negara yang telah dalam keadaan kekacauan kronis sejak jatuhnya Saddam Hussein? Irak sendiri, sebuah negara yang diperintah oleh orang Syiah, yang membenci mayoritas Sunni dari populasi Mosul adalah sebuah rahasia umum?
Sebagai gantinya, mungkin kita tidak membayangkan, mengingat taruhannya yang tinggi, bahwa kota tersebut harus berada di bawah pemerintahan internasional? Mengapa tidak-dihadapkan pada daftar kosong yang tidak ada sekolah, rumah sakit, gudang memori, atau forum sosial yang tetap berdiri-mempercayakan rekonstruksi ke kumpulan negara donor, institusi global, dan dana berdaulat, Arab dan non-Arab? Apakah tidak secara geopolitik kritis bahwa mantan Niniwe harus menjadi kota kosmopolitan yang sudah ada sejak manusia mulai tinggal di kota?
Dan satu pertanyaan terakhir: orang Kurdi. Pesmmerga Kurdi itu, pada bulan Oktober dan November 2016, membuka gerbang Mosul untuk rakyat Irak. Merekalah yang, selama dua tahun yang panjang, bertahan dengan cepat (karena Inggris sendiri melawan Nazi sampai tahun 1941) sementara tentara Irak pulih dari kekalahan Agustus 2014; Dialah yang memegang garis depan 1.000 kilometer jauh sebelum akhirnya memukul mundur Negara Islam. Pertarungan, mereka, sejak awal, adalah sentinel sebuah dunia bebas dimana di tempat lain ada tekuk di bawah gelombang Islam.
Jadi, pertanyaannya adalah: Akankah dunia ini, setelah mengucapkan terima kasih pada orang Kurdi pada malam pertempuran terakhir, mengabaikan peran bersejarah yang mereka mainkan?
Pada 25 September, rakyat Kurdistan Irak akan memberikan suara dalam sebuah referendum mengenai kemerdekaan yang dijanjikan mereka seabad yang lalu dan yang mereka yakini lebih kuat daripada sebelumnya bahwa mereka memiliki hak. Di satu sisi, pertanyaan itu ditujukan ke dunia juga; Dan dunia harus memilih antara dua tanggapan:
• Membangkitkan rona dan tangisan yang bagus, seperti yang dilakukan Ankara, Teheran, dan Moskow, untuk mendesak sekutu lama ini, tidak lagi dibutuhkan, untuk menjadi sekutu kecil yang baik dan untuk mendinginkannya: Janganlah kita menambah kekacauan, Pergi argumen; Janganlah mencurahkan lebih banyak bubuk ke dalam tong bubuk di daerah itu; Tidak ada yang butuh negara baru untuk lebih mengobarkan Timur Tengah yang sudah cukup rumit.
• Atau untuk mengindahkan suara-suara yang bertentangan, berpendapat bahwa Irak adalah negara yang faktual, sebuah negara yang lahir dari kejang-kejang Perang Dunia I, sebuah artefak kolonial. Dan untuk membawa stabilitas ke kawasan tidak ada yang bisa lebih baik, kontra kontra terus berlanjut, daripada mengenali sebuah negara yang telah memiliki institusi demokrasi yang solid, budaya penghormatan terhadap minoritas non-Kurdi dan untuk wanita, rasa untuk sekularisme, perhatian terhadap kebaikan Pemerintahan, dan kemiringan yang tulus menuju Barat.

Jumat, 28 Juli 2017

Yahudi Israel Menurut Tuhan Dalam 4 Kitab Suci.




Dalam Rukun Iman Yang Ke-3 Kitab-Kitab Suci Allah SWT : Taurat, Zabur, Injil & Quran - Agama Islam yang Wajib Diimani Kaum Muslim - Dalam agama Islam dikenal empat buah kitab yang wajib kita percaya serta kita imani. Jumlah kitab suci sebenarnya tidak dijelaskan dalam Alquran dan juga dalam Hadis. Selain dari kitab Allah yang diturunkan melalui rosul melalui malaikat jibril, kita juga bisa berpedoman pada hadist nabi Muhammah SAW dan sahifah-sahifah / suhuf / lembaran firman Allah SWT yang diturunkan pada nabi Adam, Ibrahim dan Musa AS.
Percaya pada kitab-kitab Allah SWT hukumnya adalah wajib 'ain atau wajib bagi seluruh warga muslimin di seluruh dunia. Dilihat dari pengertian atau arti definisi, kitab Allah SWT adalah kitab suci yang merupakan wahyu yang diturunkan oleh Allah SWT melalui rasul-rasulnya untuk dijadikan pedoman hidup umat manusia sepanjang masa. Orang yang mengingkari serta tidak percaya kepada Alquran disebut orang-orang yang murtad.
Daftar kitab Allah SWT beserta Rasul penerima wahyunya :
1. Kitab Taurat diturunkan kepada Nabi Musa AS berbahasa Ibrani
Kitab Taurat atau Torah dalam bahasa Ibrani adalah lima kitab pertama Tanakh atau Alkitab Perjanjian Lama. Kitab Taurat dalam bahasa Yunani disebut Pentateukh.
Kelima kitab ini adalah:
l Kejadian, bahasa Latin: Genesis, bahasa Ibrani: beresyit (בראשית),
l Keluaran, bahasa Latin: Exodus, bahasa Ibrani syemot (שמות),
l Imamat, bahasa Latin: Leviticus, bahasa Ibrani wayyikra (ויקרא),
l Bilangan, bahasa Latin: Numerii, bahasa Ibrani bemidbar (במדבר) dan
l Ulangan, bahasa Latin: Deuteronomium, bahasa Ibrani debarim (דברים).
Nama-nama Latin berasal dari Septuaginta. Kelima buku pertama ini dianggap penting karena kelima buku ini memuat peraturan-peraturan yang dipercayai ditulis oleh Musa.
Menurut tradisi kitab Taurat ditulis oleh nabi Musa, sedang kematiannya yang tercatat pada Kitab Ulangan pasal 34 dituliskan oleh penerusnya, Yosua.Contoh serupa adalah kitab Yeremia, yang pada akhirnya di kitab tersebut dituliskan "sampai di sinilah perkataan-perkataan Yeremia" (Yeremia 51:64) namun kitab tersebut masih dilanjutkan (kebanyakan berisi sejarah dan kejadian yang terjadi setelah perkataan Yeremia berakhir).
Kata Taurat sendiri sebenarnya berarti pengajaran oleh Allah. Kata ini diterapkan kepada Kesepuluh Hukum (Dasa Titah), kemudian pada segala hukum dan peraturan dari Tuhan.
Orang Samaria mengakui kelima kitab Taurat ini sebagai kitab suci mereka, namun mereka menolak kitab-kitab lainnya yang terdapat di dalam Perjanjian Lama
2. Kitab Zabur diturunkan kepada Nabi Daud AS berbahasa Qibti
Zabur (bahasa Arab: زبور) disamakan oleh sebagian ulama dengan Mazmur, yang menurut Islam, adalah salah satu kitab suci yang diturunkan sebelum Al-Qur'an (selain Taurat dan Injil).
Istilah zabur adalah persamaan dengan istilah Ibrani zimra, bermaksud "lagu, musik." Ia, bersama dengan zamir ("lagu") dan mizmor ("mazmur" atau psalm), merupakan derivasi zamar, artinya "nyanyi, nyannyikan pujian, buatkan musik."
Umat Muslim percaya bahwa zabur adalah kitab suci yang diturunkan Allah kepada kaum Bani Israil melalui utusannya yang bernama Nabi Daud
Zabur menurut hadits
Satu hadits dari sahih Bukhari, mengatakan: Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah bersabda,
"Pembacaan Zabur dimudahkan bagi Daud. Dia sering mengarahkan agar binatang tunggangannya diletakkan pelana, dan mampu menghabiskan bacaan Zabur sebelum pelana siap diletakkan. Dan dia tidak akan makan tetapi hasil dari kerjanya sendiri."
3. Kitab Injil diturunkan kepada Nabi Isa AS berbahasa Suryani
Injil (Yunani: ευαγγέλιον/euangelion - "kabar baik" atau "berita baik" atau "berita suka cita") adalah istilah yang digunakan untuk menyebut keempat kitab pertama dalam Alkitab Perjanjian Baru. Kitab-kitab tersebut adalah: Injil Matius, Injil Markus, Injil Lukas, dan Injil Yohanes. Kata injil sendiri berasal dari bahasa Arab
Injil biasanya mengandung arti:
l Pemberitaan tentang aktivitas penyelamatan Allah di dalam Yesus dari Nazaret atau berita yang disampaikan oleh Yesus dari Nazaret. Inilah asal-usul penggunaan kata "Injil" menurut Perjanjian Baru (lihat Surat Roma 1:1 atau Markus 1:1).
l Dalam pengertian yang lebih populer, kata ini merujuk kepada keempat Injil kanonik (Matius, Markus, Lukas dan Yohanes) dan kadang-kadang juga karya-karya lainnya yang non-kanonik (mis. Injil Tomas), yang menyampaikan kisah kehidupan, kematian, dan kebangkitan Yesus.
l Sejumlah sarjana modern menggunakan istilah "Injil" untuk menunjuk kepada sebuah genre hipotetis dari sastra Kristen perdana (bdk. Peter Stuhlmacher, ed., Das Evangelium und die Evangelien, Tübingen 1983, juga dalam bahasa Inggris: The Gospel and the Gospels).
Kata "injil" dipergunakan oleh Paulus sebelum kitab-kitab Injil dari kanon Perjanjian Baru ditulis, ketika ia mengingatkan orang-orang Kristen di Korintus "kepada Injil yang aku beritakan kepadamu" (1 Korintus 15:1). Melalui berita itu, Paul menegaskan, mereka diselamatkan, dan ia menggambarkannya di dalam pengertian yang paling sederhana, sambil menekankan penampakan Kristus setelah kebangkitan (15:3-8):
"... bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci; bahwa Ia telah menampakkan diri kepada Kefas dan kemudian kepada kedua belas murid-Nya. Sesudah itu Ia menampakkan diri kepada lebih dari lima ratus saudara sekaligus; kebanyakan dari mereka masih hidup sampai sekarang, tetapi beberapa di antaranya telah meninggal. Selanjutnya Ia menampakkan diri kepada Yakobus, kemudian kepada semua rasul. Dan yang paling akhir dari semuanya Ia menampakkan diri juga kepadaku, sama seperti kepada anak yang lahir sebelum waktunya."
Penggunaan kata injil (atau ekuivalennya dalam bahasa Yunani evangelion) untuk merujuk pada suatu genre tulisan yang khas yang berasal dari abad ke-2. Kata ini jelas digunakan untuk menunjuk suatu genre dalam Yustinus Martir (l.k. 155) dan dalam pengertian yang lebih kabur sebelumnya dalam Ignatius dari Antiokhia (l.k. 117).
Kitab Injil beraksara Arab-Melayu yang disebarkan Belanda di Kalimantan Selatan koleksi Museum Lambung Mangkurat.
Kitab Perjanjian Baru terbit antara tahun 50 dan 100 Masehi. Yang mula-mula adalah Surat-surat Paulus, kemudian barulah bagian-bagian lain. Beberapa abad sesudah Masehi, Gereja baru mensahkan kanon Kitab Perjanjian Baru setelah urutannya diubah dan sedapat mungkin disesuaikan dengan Sejarah Keselamatan (Intisari Iman Kristen oleh Ds.B.J. Boland, 1964).
Umumnya boleh dikatakan bahwa kanon Perjanjian Baru sudah ditetapkan kira-kira pada tahun 200, secara definitif pada tahun 380 (Sejarah Gereja oleh Dr. H. Berkhof dan Dr.I.H. Enklaar, 1962).
De Arameesche tekst van het Mattheus-evengelie is reeds vroegtijdig gegaan. De andrere drie evangelien, zijn in het Grieksch geschreven. De boeken van de Heilige Schrift, zelfs de evengelien, zijn niet volkomen in de zelfds toestand bewaard gebleven, waarin zijoorspronkelijk zijn geschreven. Daar de boekdrukkeenst niet bestond, warden zij eeuwen long telkens overgeschreven en hijdat overschrijoen werden soms woorden uitgelaten, verwisseld of verkeerd geschreven ... Artinya : Injil Matius yang berbahasa Arami telah lama hilang. Tiga Injil lainnya ditulis dalam bahasa Yunani. Buku-buku dari Kitab Suci juga injil-injilnya tidak tersimpan dengan sempurna dalam keadaan yang sama, dalam mana itu asalnya ditulis. Karena tidak adanya cetak-mencetak buku maka seringkali dilakukan pemindahtulisan berabad-abad lamanya, dan dalam memindahtuliskan itu kadang-kadang terjadi penghapusan kata-kata, penukaran kata-kata atau penulisan terbalik ... (Het Evangelie, 1929, Badan Perpustakaan Petrus Canisius)
Injil kanonik
Dari banyak injil yang ditulis, ada empat injil yang diterima sebagai bagian dari Perjanjian Baru dan dikanonkan. Hal ini merupakan tema utama dalam sebuah tulisan oleh Irenaeus, l.k. 185.
Dalam tulisannya yang diberi judul "Melawan Kesesatan" Irenaeus menentang beberapa kelompok Kristen yang menggunakan hanya satu Injil saja, seperti kelompok Marsion - yang menggunakan versi Injil Lukas yang sudah diubah sedemikian rupa. Irenaeus juga menentang beberapa kelompok yang menekankan tulisan-tulisan berisi wahyu-wahyu baru, seperti kelompok Valentinius (A.H. 1.11.9).
Irenaeus menyatakan bahwa ada empat injil yang adalah tiang-tiang gereja.
“tak mungkin ada lebih atau kurang daripada empat," katanya, sambil mengajukan analogi sebagai logikanya bahwa ada empat penjuru dunia dan empat arah angin (1.11.8). Citranya ini, yang diambil dari Kitab Yehezkiel 1:10, tentang takhta Allah yang didukung oleh empat makhluk dengan empat wajah—"Keempatnya mempunyai muka manusia di depan, muka singa di sebelah kanan, muka lembu di sebelah kiri, dan muka rajawali di belakang"— ekuivalen dengan Injil yang "berwajah empat", adalah lambang-lambang konvensional dari para penulis Injil: singa, lembu, rajawali, dan manusia. Irenaeus berhasil menyatakan bahwa keempat Injil itu bersama-sama, dan hanya keempat Injil inilah, yang mengandung kebenaran. Dengan membaca masing-masing Injil di dalam terang yang lainnya, Irenaeus menjadikan Yohanes sebagai lensa untuk membaca Matius, Markus dan Lukas.
Pada peralihan abad ke-5, Gereja Barat di bawah Paus Inosentus I, mengakui sebuah kanon Alkitab yang meliputi keempat Injil yaitu Matius, Markus, Lukas dan Yohanes, yang sebelumnya telah ditetapkan pada sejumlah Sinode regional, yaitu Konsili Roma (382), Sinode Hippo (393), dan dua Sinode Karthago (397 dan 419).[1] Kanon ini, yang sesuai dengan kanon Katolik modern, digunakan dalam Vulgata, sebuah terjemahan Alkitab dari awal abad ke-5 yang dikerjakan oleh Hieronimus[2] atas permintaan Paus Damasus I pada 382.
l Injil Matius
l Injil Markus
l Injil Lukas
l Injil Yohanes
Perkiraan kurun waktu ditulisnya injil bervariasi. Berikut perkiraan kurun waktu yang diberikan oleh Raymond E. Brown, dalam buku-nya "An Introduction to the New Testament", sebagai representasi atas konsensus umum para sarjana, pada tahun 1996:
l Markus: l.k. 68-73
l Matius: l.k. 70-100
l Lukas: l.k. 80-100
l Yohanes: 90-110
Sedangkan, perkiraan kurun waktu yang diberikan dalam NIV Study Bible:
l Markus: l.k. tahun 50-an hingga awal 60-an, atau akhir 60-an
l Matius: l.k. tahun 50-70-an
l Lukas: l.k. tahun 59-63, atau tahun 70-an hingga 80-an
l Yohanes: l.k. tahun 85 hingga mendekati 100, atau tahun 50-an hingga 70
Injil Apokrif
Beberapa injil yang tidak dikanonkan mempunyai keserupaan dalam hal isi dan gaya bahasa, dibandingkan dengan injil-injil kanonik. Kebanyakan (yang lainnya) adalah gnostik dalam hal isi dan gaya bahasa, mempresentasikan / mengemukakan ajaran-ajaran dari sudut pandang yang sangat berbeda.
Injil-injil ini termasuk dalam tulisan-tulisan apokrif :
l Injil Tomas
l Injil Yudas
l Injil Filipus
l Injil Petrus
l Injil Maria Magdalena
l Injil Yakobus
l Injil Bartolomeus
l Injil Barnabas
l Injil Andreas
l Injil Nikodemus
l Injil Matias
l Injil Mesir
l Injil Ibrani
l Injil Nazaret
l Injil Ebionim (Ebionites)
l Injil Hawa
l Injil Kebenaran
l Injil Kesempurnaan
l Injil Empat Alam Surgawi (Four Heavenly Realms)
l Injil Dua Belas
l Injil Tujuh Puluh
l Injil Tadeus
l Injil Cerinthus
l Injil Basilides
l Injil Marsion
l Injil Appelles
l Injil Bardesanes
l Injil Mani
l Lihat juga "Injil Hermes" yang disalah-mengerti.
Kitab yang sering disebut sebagai Injil Barnabas adalah pemalsuan abad ke-16 M. Penulisannya menggunakan bahasa Italia.
Terjemahan dalam bahasa Indonesia yang beredar di Indonesia diterjemahkan dari buku yang ditulis oleh Laura dan Racc namun komentar-komentar kritisnya tidak diterjemahkan.
4. Kitab Al-Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW berbahasa Arab
Al-Qur'an (ejaan KBBI: Alquran, dalam bahasa Arab قُرْآن) adalah kitab suci agama Islam. Umat Islam memercayai bahwa Al-Qur'an merupakan puncak dan penutup wahyu Allah yang diperuntukkan bagi manusia, yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantaraan Malaikat Jibril.
Ditinjau dari segi kebahasaan (etimologi), Al-Qur’an berasal dari bahasa Arab yang berarti "bacaan" atau "sesuatu yang dibaca berulang-ulang". Kata Al-Qur’an adalah bentuk kata benda (masdar) dari kata kerja qara'a yang artinya membaca. Konsep pemakaian kata ini dapat juga dijumpai pada salah satu surat Al-Qur'an sendiri yakni pada ayat 17 dan 18 Surah Al-Qiyamah yang artinya:
“Sesungguhnya mengumpulkan Al-Qur’an (di dalam dadamu) dan (menetapkan) bacaannya (pada lidahmu) itu adalah tanggungan Kami. (Karena itu,) jika Kami telah membacakannya, hendaklah kamu ikuti bacaannya”.(75:17-75:18)
Dr. Subhi Al Salih mendefinisikan Al-Qur'an sebagai berikut:
“Kalam Allah SWT yang merupakan mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan ditulis di mushaf serta diriwayatkan dengan mutawatir di mana membacanya termasuk ibadah”.
Adapun Muhammad Ali ash-Shabuni mendefinisikan Al-Qur'an sebagai berikut:
"Al-Qur'an adalah firman Allah yang tiada tandingannya, diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW penutup para Nabi dan Rasul, dengan perantaraan Malaikat Jibril a.s. dan ditulis pada mushaf-mushaf yang kemudian disampaikan kepada kita secara mutawatir, serta membaca dan mempelajarinya merupakan ibadah, yang dimulai dengan surat Al-Fatihah dan ditutup dengan surat An-Nas"
Dengan definisi tersebut di atas sebagaimana dipercayai Muslim, firman Allah yang diturunkan kepada Nabi selain Nabi Muhammad SAW, tidak dinamakan Al-Qur’an seperti Kitab Taurat yang diturunkan kepada umat Nabi Musa AS atau Kitab Injil yang diturunkan kepada umat Nabi Isa AS. Demikian pula firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang membacanya tidak dianggap sebagai ibadah, seperti Hadits Qudsi, tidak termasuk Al-Qur’an.
Nama-nama lain Al-Qur'an
l Al-Kitab, QS(2:2),QS (44:2)
l Al-Furqan (pembeda benar salah): QS(25:1)
l Adz-Dzikr (pemberi peringatan): QS(15:9)
l Al-Mau'idhah (pelajaran/nasehat): QS(10:57)
l Al-Hukm (peraturan/hukum): QS(13:37)
l Al-Hikmah (kebijaksanaan): QS(17:39)
l Asy-Syifa' (obat/penyembuh): QS(10:57), QS(17:82)
l Al-Huda (petunjuk): QS(72:13), QS(9:33)
l At-Tanzil (yang diturunkan): QS(26:192)
l Ar-Rahmat (karunia): QS(27:77)
l Ar-Ruh (ruh): QS(42:52)
l Al-Bayan (penerang): QS(3:138)
l Al-Kalam (ucapan/firman): QS(9:6)
l Al-Busyra (kabar gembira): QS(16:102)
l An-Nur (cahaya): QS(4:174)
l Al-Basha'ir (pedoman): QS(45:20)
l Al-Balagh (penyampaian/kabar) QS(14:52)
l Al-Qaul (perkataan/ucapan) QS(28:51)
Al-Qur'an terdiri atas 114 bagian yang dikenal dengan nama surah (surat). Setiap surat akan terdiri atas beberapa ayat, di mana surat terpanjang dengan 286 ayat adalah surat Al Baqarah dan yang terpendek hanya memiliki 3 ayat yakni surat Al Kautsar dan Al-‘Așr. Total jumlah ayat dalam Al-Qur'an mencapai 6236 ayat di mana jumlah ini dapat bervariasi menurut pendapat tertentu namun bukan disebabkan perbedaan isi melainkan karena cara/aturan menghitung yang diterapkan. Surat-surat yang panjang terbagi lagi atas sub bagian lagi yang disebut ruku' yang membahas tema atau topik tertentu.
Sedangkan menurut tempat diturunkannya, setiap surat dapat dibagi atas surat-surat Makkiyah (surat Mekkah) dan Madaniyah (surat Madinah). Pembagian ini berdasarkan tempat dan waktu penurunan surat dan ayat tertentu di mana surat-surat yang turun sebelum Rasulullah SAW hijrah ke Madinah digolongkan surat Makkiyah sedangkan setelahnya tergolong surat Madaniyah. Pembagian berdasar fase sebelum dan sesudah hijrah ini lebih tepat,sebab ada surat Madaniyah yang turun di Mekkah
Dalam skema pembagian lain, Al-Qur'an juga terbagi menjadi 30 bagian dengan panjang sama yang dikenal dengan nama juz. Pembagian ini untuk memudahkan mereka yang ingin menuntaskan bacaan Al-Qur'an dalam 30 hari (satu bulan). Pembagian lain yakni manzil memecah Al-Qur'an menjadi 7 bagian dengan tujuan penyelesaian bacaan dalam 7 hari (satu minggu). Kedua jenis pembagian ini tidak memiliki hubungan dengan pembagian subyek bahasan tertentu.
Kemudian dari segi panjang-pendeknya, surat-surat yang ada didalam Al-Qur’an terbagi menjadi empat bagian, yaitu:
l As Sab’uththiwaal (tujuh surat yang panjang). Yaitu Surat Al-Baqarah, Ali Imran, An-Nisaa’, Al-A’raaf, Al-An’aam, Al Maa-idah dan Yunus
l Al Miuun (seratus ayat lebih), seperti Hud, Yusuf, Mu'min dan sebagainya
l Al Matsaani (kurang sedikit dari seratus ayat), seperti Al-Anfaal, Al-Hijr dan sebagainya
l Al Mufashshal (surat-surat pendek), seperti Adh-Dhuha, Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas dan sebagainya
Sejarah Al-Qur'an hingga berbentuk mushaf
l Penurunan Al-Qur'an
Dipercayai oleh umat Islam bahwa penurunan Al-Qur'an terjadi secara berangsur-angsur selama 23 tahun. Oleh para ulama membagi masa turun ini dibagi menjadi 2 periode, yaitu periode Mekkah dan periode Madinah. Periode Mekkah berlangsung selama 13 tahun masa kenabian Rasulullah SAW dan surat-surat yang turun pada waktu ini tergolong surat Makkiyyah. Sedangkan periode Madinah yang dimulai sejak peristiwa hijrah berlangsung selama 10 tahun dan surat yang turun pada kurun waktu ini disebut surat Madaniyah.
l Penulisan Al-Qur'an dan perkembangannya
Penulisan (pencatatan dalam bentuk teks) Al-Qur'an sudah dimulai sejak zaman Nabi Muhammad SAW. Kemudian transformasinya menjadi teks yang dijumpai saat ini selesai dilakukan pada zaman khalifah Utsman bin Affan.
l Pengumpulan Al-Qur'an di masa Rasullulah SAW
Pada masa ketika Nabi Muhammad SAW masih hidup, terdapat beberapa orang yang ditunjuk untuk menuliskan Al Qur'an yakni Zaid bin Tsabit, Ali bin Abi Talib, Muawiyah bin Abu Sufyan dan Ubay bin Kaab. Sahabat yang lain juga kerap menuliskan wahyu tersebut walau tidak diperintahkan. Media penulisan yang digunakan saat itu berupa pelepah kurma, lempengan batu, daun lontar, kulit atau daun kayu, pelana, potongan tulang belulang binatang. Di samping itu banyak juga sahabat-sahabat langsung menghafalkan ayat-ayat Al-Qur'an setelah wahyu diturunkan.
l Pengumpulan Al-Qur'an di masa Khulafaur Rasyidin
Pada masa kekhalifahan Abu Bakar, terjadi beberapa pertempuran (dalam perang yang dikenal dengan nama perang Ridda) yang mengakibatkan tewasnya beberapa penghafal Al-Qur'an dalam jumlah yang signifikan. Umar bin Khattab yang saat itu merasa sangat khawatir akan keadaan tersebut lantas meminta kepada Abu Bakar untuk mengumpulkan seluruh tulisan Al-Qur'an yang saat itu tersebar di antara para sahabat. Abu Bakar lantas memerintahkan Zaid bin Tsabit sebagai koordinator pelaksaan tugas tersebut. Setelah pekerjaan tersebut selesai dan Al-Qur'an tersusun secara rapi dalam satu mushaf, hasilnya diserahkan kepada Abu Bakar. Abu Bakar menyimpan mushaf tersebut hingga wafatnya kemudian mushaf tersebut berpindah kepada Umar sebagai khalifah penerusnya, selanjutnya mushaf dipegang oleh anaknya yakni Hafsah yang juga istri Nabi Muhammad SAW.
Pada masa pemerintahan khalifah ke-3 yakni Utsman bin Affan, terdapat keragaman dalam cara pembacaan Al-Qur'an (qira'at) yang disebabkan oleh adanya perbedaan dialek (lahjah) antar suku yang berasal dari daerah berbeda-beda. Hal ini menimbulkan kekhawatiran Utsman sehingga ia mengambil kebijakan untuk membuat sebuah mushaf standar (menyalin mushaf yang dipegang Hafsah) yang ditulis dengan sebuah jenis penulisan yang baku. Standar tersebut, yang kemudian dikenal dengan istilah cara penulisan (rasam) Utsmani yang digunakan hingga saat ini. Bersamaan dengan standarisasi ini, seluruh mushaf yang berbeda dengan standar yang dihasilkan diperintahkan untuk dimusnahkan (dibakar). Dengan proses ini Utsman berhasil mencegah bahaya laten terjadinya perselisihan di antara umat Islam di masa depan dalam penulisan dan pembacaan Al-Qur'an.
Mengutip hadist riwayat Ibnu Abi Dawud dalam Al-Mashahif, dengan sanad yang shahih:
Suwaid bin Ghaflah berkata, "Ali mengatakan: Katakanlah segala yang baik tentang Utsman. Demi Allah, apa yang telah dilakukannya mengenai mushaf-mushaf Al Qur'an sudah atas persetujuan kami. Utsman berkata, 'Bagaimana pendapatmu tentang isu qira'at ini? Saya mendapat berita bahwa sebagian mereka mengatakan bahwa qira'atnya lebih baik dari qira'at orang lain. Ini hampir menjadi suatu kekufuran'. Kami berkata, 'Bagaimana pendapatmu?' Ia menjawab, 'Aku berpendapat agar umat bersatu pada satu mushaf, sehingga tidak terjadi lagi perpecahan dan perselisihan.' Kami berkata, 'Pendapatmu sangat baik'."
Menurut Syaikh Manna' Al-Qaththan dalam Mahabits fi 'Ulum Al Qur'an, keterangan ini menunjukkan bahwa apa yang dilakukan Utsman telah disepakati oleh para sahabat. Demikianlah selanjutnya Utsman mengirim utusan kepada Hafsah untuk meminjam mushaf Abu Bakar yang ada padanya. Lalu Utsman memanggil Zaid bin Tsabit Al-Anshari dan tiga orang Quraish, yaitu Abdullah bin Az-Zubair, Said bin Al-Ash dan Abdurrahman bin Al-Harits bin Hisyam. Ia memerintahkan mereka agar menyalin dan memperbanyak mushaf, dan jika ada perbedaan antara Zaid dengan ketiga orang Quraish tersebut, hendaklah ditulis dalam bahasa Quraish karena Al Qur'an turun dalam dialek bahasa mereka. Setelah mengembalikan lembaran-lembaran asli kepada Hafsah, ia mengirimkan tujuh buah mushaf, yaitu ke Mekkah, Syam, Yaman, Bahrain, Bashrah, Kufah, dan sebuah ditahan di Madinah (mushaf al-Imam).
Upaya penerjemahan dan penafsiran Al Qur'an
Upaya-upaya untuk mengetahui isi dan maksud Al Qur'an telah menghasilkan proses penerjemahan (literal) dan penafsiran (lebih dalam, mengupas makna) dalam berbagai bahasa. Namun demikian hasil usaha tersebut dianggap sebatas usaha manusia dan bukan usaha untuk menduplikasi atau menggantikan teks yang asli dalam bahasa Arab. Kedudukan terjemahan dan tafsir yang dihasilkan tidak sama dengan Al-Qur'an itu sendiri.
Terjemahan
Terjemahan Al-Qur'an adalah hasil usaha penerjemahan secara literal teks Al-Qur'an yang tidak dibarengi dengan usaha interpretasi lebih jauh. Terjemahan secara literal tidak boleh dianggap sebagai arti sesungguhnya dari Al-Qur'an. Sebab Al-Qur'an menggunakan suatu lafazh dengan berbagai gaya dan untuk suatu maksud yang bervariasi; terkadang untuk arti hakiki, terkadang pula untuk arti majazi (kiasan) atau arti dan maksud lainnya.
Terjemahan dalam bahasa Indonesia di antaranya dilaksanakan oleh:
l Al-Qur'an dan Terjemahannya, oleh Departemen Agama Republik Indonesia, ada dua edisi revisi, yaitu tahun 1989 dan 2002
l Terjemah Al-Qur'an, oleh Prof. Mahmud Yunus
l An-Nur, oleh Prof. T.M. Hasbi Ash-Siddieqy
l Al-Furqan, oleh A.Hassan guru PERSIS
Terjemahan dalam bahasa Inggris
l The Holy Qur'an: Text, Translation and Commentary, oleh Abdullah Yusuf Ali
l The Meaning of the Holy Qur'an, oleh Marmaduke Pickthall
Terjemahan dalam bahasa daerah Indonesia di antaranya dilaksanakan oleh:
l Qur'an Kejawen (bahasa Jawa), oleh Kemajuan Islam Jogyakarta
l Qur'an Suadawiah (bahasa Sunda)
l Qur'an bahasa Sunda oleh K.H. Qomaruddien
l Al-Ibriz (bahasa Jawa), oleh K. Bisyri Mustafa Rembang
l Al-Qur'an Suci Basa Jawi (bahasa Jawa), oleh Prof. K.H.R. Muhamad Adnan
l Al-Amin (bahasa Sunda)
Tafsir
Upaya penafsiran Al-Qur'an telah berkembang sejak semasa hidupnya Nabi Muhammad, saat itu para sahabat tinggal menanyakan kepada sang Nabi jika memerlukan penjelasan atas ayat tertentu. Kemudian setelah wafatnya Nabi Muhammad hingga saat ini usaha menggali lebih dalam ayat-ayat Al-Qur'an terus berlanjut. Pendekatan (metodologi) yang digunakan juga beragam, mulai dari metode analitik, tematik, hingga perbandingan antar ayat. Corak yang dihasilkan juga beragam, terdapat tafsir dengan corak sastra-bahasa, sastra-budaya, filsafat dan teologis bahkan corak ilmiah.
Adab Terhadap Al-Qur'an
Sebelum menyentuh sebuah mushaf Al-Qur'an, seorang Muslim dianjurkan untuk menyucikan dirinya terlebih dahulu dengan berwudhu. Hal ini berdasarkan tradisi dan interpretasi secara literal dari surat Al Waaqi'ah ayat 77 hingga 79.
Terjemahannya antara lain:56-77. Sesungguhnya Al-Qur'an ini adalah bacaan yang sangat mulia, 56-78. pada kitab yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh), 56-79. tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan. (56:77-56:79)
Penghormatan terhadap teks tertulis Al-Qur'an adalah salah satu unsur penting kepercayaan bagi sebagian besar Muslim. Mereka memercayai bahwa penghinaan secara sengaja terhadap Al Qur'an adalah sebuah bentuk penghinaan serius terhadap sesuatu yang suci. Berdasarkan hukum pada beberapa negara berpenduduk mayoritas Muslim, hukuman untuk hal ini dapat berupa penjara kurungan dalam waktu yang lama dan bahkan ada yang menerapkan hukuman mati.
Hubungan dengan kitab-kitab lain
Berkaitan dengan adanya kitab-kitab yang dipercayai diturunkan kepada nabi-nabi sebelum Muhammad SAW dalam agama Islam (Taurat, Zabur, Injil, lembaran Ibrahim), Al-Qur'an dalam beberapa ayatnya menegaskan posisinya terhadap kitab-kitab tersebut. Berikut adalah pernyataan Al-Qur'an yang tentunya menjadi doktrin bagi ummat Islam mengenai hubungan Al-Qur'an dengan kitab-kitab tersebut:
l Bahwa Al-Qur'an menuntut kepercayaan ummat Islam terhadap eksistensi kitab-kitab tersebut. QS(2:4)
l Bahwa Al-Qur'an diposisikan sebagai pembenar dan batu ujian (verifikator) bagi kitab-kitab sebelumnya. QS(5:48)
l Bahwa Al-Qur'an menjadi referensi untuk menghilangkan perselisihan pendapat antara ummat-ummat rasul yang berbeda. QS(16:63-64)
l Bahwa Al-Qur'an meluruskan sejarah. Dalam Al-Qur'an terdapat cerita-cerita mengenai kaum dari rasul-rasul terdahulu, juga mengenai beberapa bagian mengenai kehidupan para rasul tersebut. Cerita tersebut pada beberapa aspek penting berbeda dengan versi yang terdapat pada teks-teks lain yang dimiliki baik oleh Yahudi dan Kristen.
Tambahan :
Kitab suci injil yang saat ini dijadikan kitab suci oleh kaum nasrani / kristen katolik & protestan sangat berbeda dengan injil yang diwahyukan kepada nabi Isa AS semasa hidupnya untuk kaumnya. Oleh sebab itu datang Alqur'an untuk menjadi penyempurna seluruh kitab suci yang pernah ada.

Jumat, 21 Juli 2017

Mengapa Illuminati Membenci Yahudi



"Pada satu titik dalam proses dimana timbul masalah, Illuminati sepenuhnya menumpahkan kebencian setan kepada orang-orang Yahudi," seorang sahabat yang melakukan bisnis dengan keluarga Illuminati terkemuka memberitahukan kepada saya. "Kebencian terhadap Yahudi secara spiritual memberikan energi kepada mereka," lanjutnya. sz"Saya terlalu banyak membaca di luar sana yang jatuh ke dalam kebohongan bahwa konspirasi pada tingkat yang tertinggi adalah Yahudi. Memang tampaknya seperti itu, dan banyak data yang sulit untuk membantahnya, akan tetapi saya memiliki pengetahuan dari tangan pertama mengenai kedalaman kebencian terhadap Yahudi yang sebenarnya, Orang-orang ini (setidaknya yang saya tahu) bukan Bankir Zionis, tapi benar-benar Goyim." Semuanya tokoh orang Yahudi memiliki peran yang tidak sepadan dalam Illuminati New World Order. Bagaimana kita menjelaskan kontradiksi ini?.. Pembelot Illuminati Svali memberikan petunjuk. Illuminati Yahudi telah meninggalkan keyakinan agama Yahudi mereka dan latar belakangnya. Dia mengatakan Illuminati benci kepada Israel. "Illuminati sangat rasis ... Memang ada beberapa orang Yahudi yang sangat kuat di grup ini. Misalnya, keluarga Rothschild yang sebenarnya menjalankan kerajaan keuangan di Eropa (dan secara tidak langsung Amerika), dan terkenal berasal dari keluarga Yahudi ... Tapi untuk naik ke atas kekuasaan dalam Illuminati, orang Yahudi akan dipaksa untuk meninggalkan keyakinan mereka, dan memberikan kesetiaan pertama mereka kepada Lucifer dan keyakinannya kepada Illuminati." Berikut ini penelitian Rabi Marvin Antelman, yang diungkapkan oleh Barry Chamish bahwa ajaran Sabbatai Zvi dan Jacob Frank sesat dan menyesatkan serta menciptakan perpecahan dalam golongan Yahudi Eropa pada abad ke-17 dan 18. Pada dasarnya gerakan setan ini mengubah ajaran inti agama Yahudi. Segala sesuatu yang dilarang oleh Tuhan sekarang diizinkan. Dosa dan kesalahan adalah cara untuk keselamatan. Kebejatan seksual (terutama pesta pora seks tukar menukar istri) sebagai alat pendorong untuk menghancurkan keluarga dan tatanan sosial. Mereka menginginkan sebuah masyarakat yang bersih dengan merancang ulang tatanan masyarakat sesuai yang mereka inginkan. Ini merupakan akar Freudianisme, Komnunisme dan seks bebas. Sebuah kebencian yang sengit dikembangkan dalam masyarakat di antara orang Yahudi pengikut setan dengan para rabbi yang mencoba membersihkan ajaran Yahudi dari bid’ah. Perpecahan ini sebagian tercermin dalam kesenjangan antara orang Yahudi barat yang meninggalkan agama mereka dan beralih kepada mempertuhankan "humanisme sekuler dan akal" dengan Yahudi timur ("Ostjuden") yang sebagian besar tetap Ortodoks. Banyak orang Yahudi sekuler menjadi radikal karena mereka berusaha untuk menggantikan agama dengan kepercayaan sebuah dunia utopia. Illuminati menipu mereka dengan mimpi-mimpi buruk Komunis/Sosialis. "Perubahan Dunia" adalah moto dan tipuan mereka. Pemimpin pengikut setan Jacob Frank (1726-1791) membentuk aliansi dengan Rothschild, kekuatan di balik Illuminati. Mereka memulai Reformasi ajaran-ajaran Konservatif agama Yahudi, yang merupakan "pembebasan dari batasan hukum -hukum dasar agama Yahudi dan ghetto." Mereka mendorong orang-orang Yahudi untuk berasimilasi, saling-menikah, mengubah nama mereka dan bahkan untuk memeluk agama Kristen. Mereka memanfaatkan pengikutnya dan dipilih untuk memajukan agenda setannya dengan cara menghancurkan peradaban Kristen dari dalam.(terhadap Islam juga dilakukan hal yang sama, pent)
john-kerryLatar belakang Senator John Kerry ini merupakan profil yang cocok dan sempurna. Kakeknya adalah seorang pemeluk agama Yahudi Frankis "Kohn", memakai nama Irlandia dan pindah agama menjadi pemeluk Katolik. Ayahnya bekerja untuk CIA. Ibunya dari keluarga Forbes, yang mengumpulkan kekayaannya dari perdagangan obat bius (opium), seperti kebanyakan dari "keluarga pertama." Yang datang ke Amerika, Kerry sendiri adalah seorang anggota Illuminati dari sayap Skull and Bones. Dalam pemilu terakhir, Wesley Clark menemukan Kerry sebagai orang keturunan Yahudi. Sedangkan Madeleine Albright mengaku dia adalah seorang Yahudi. Ayahnya Josef Korbel adalah mentor Condoleezza Rice di Universitas Denver. Sebelum itu ia dituduh mencuri harta karun seni dari keluarga terkemuka Ceko ketika ia masih menjadi seorang pejabat Komunis dalam periode pasca-perang. Gambaran yang muncul adalah sebuah konspirasi Goyim, keturunan Yahudi dan Kripto Yahudi yang dipersatukan atas kesetiaan mereka kepada sebuah kediktatoran dunia setan. Winston Churchill, ibunya adalah seorang Yahudi dan Baron Jacob Rothschild, ibunya bukan seorang Yahudi, sesuai dengan deskripsi ini. Ada daftar mengejutkan mengenai Presiden Amerika yang diduga merupakan keturunan Yahudi termasuk Teddy Roosevelt, FDR, Eisenhower, dan Lyndon Johnson. Ada kemungkinan bahwa anggota hirarki Nazi juga keturunan Yahudi. Di Wina Ibunya Hitler meninggalkan pekerjaannya dengan keluarga Rothschild ketika ia dihamili oleh ayah Hitler. Pada tahun 1964 seorang penulis Yahudi, Dietrich Bronder dalam bukunya "Before Hitler Came" menegaskan bahwa tokoh-tokoh berikut ini semuanya memiliki darah Yahudi: Hesse, Goering, Strasser, Goebbels, Rosenberg, Frank, Himmler, von Ribbentrop, Heydrich dan banyak lagi. (Kardel, Hitler Founder of Israel hal.4). Dalam tahun 1930-an tingkat perkawinan di antara orang Yahudi Jerman adalah 60% dan hal ini berlanjut selama beberapa waktu. Terdapat banyak lagi orang Yahudi campuran daripada berdarah Yahudi ‘murni’ Terdapat lebih banyak orang Yahudi campuran daripada Yahudi 'murni' dan 150.000 orang "mischlings" bertugas dalam tentara Nazi. Hipotesa saya mengenai Perang Dunia II bahwa perang yang terjadi itu dirancang oleh Illuminati dalam rangka menghancurkan nasionalisme Jerman dan nasionalisme serta rasialisme pada umumnya. (Mereka tidak memberitahukan anggota-anggota Nazi mengenai hal tersebut, tentu saja hal ini adalah rahasia di balik misi dan isolasi Rudolf Hess). Illuminati juga menggunakan perang sebagai alat untuk membersihkan Eropa dari orang Yahudi yang tidak mau bersekutu dengan mereka. jacob_frank Holokos Yahudi diciptakan sebagai alasan untuk mendirikan Negara Israel, yang bertujuan untuk mendominasi Timur Tengah, kemudian akan dijadikan sebagai alasan untuk memicu Perang Dunia III, dan sebagai ibukota pemerintahan dunia masa depan Masonik. Terdapat banyak bukti bahwa Nazi berkolaborasi dengan Zionis, dan bahwa Zionis mengkhianati saudara-saudara Yahudi mereka selama terjadinya perang. Yahudi Sabbatean di Barat menghalang-halangi orang-orang Yahudi supaya tidak dapat melarikan diri ke luar dari Eropa. "Zionisme hanyalah merupakan sebuah persoalan mengenai sebuah rencana yang jauh ke depan," demikian menurut seorang Zionis Amerika terkemuka, Louis Marshall, penasihat bankir Kuhn Loeb pada tahun 1917. "Ini merupakan pancang yang nyaman semata untuk menggantungkan senjata ampuh." Rencana jauh ke depan adalah kediktatoran dunia Illuminati. Illuminati adalah eselon tertinggi Freemasonry, sebuah perkumpulan rahasia pemuja setan yang mengabdikan dirinya untuk Lucifer. Pemilik bank-bank sentral dunia menikah dengan dinasti keluarga-keluarga terkaya di Eropa dan Amerika untuk menyempurnakan hegemoni atas dunia. Mereka menghasut terjadinya peperangan dan depresi ekonomi dengan tujuan untuk merendahkan martabat manusia serta menghancurkan kemanusiaan itu sendiri. Rakyat Amerika telah membiayai perang yang dirancang mereka sejak tahun 1914. Sementara itu, "orang Yahudi" dijadikan kambing hitam yang cocok dan sesuai dengan tujuan Illuminati. Alangkah mudahnya untuk melupakan bahwa mayoritas Yahudi adalah warga negara patriotik yang ingin berasimilasi bilamana saja negara mereka tidak sedang dihancurkan. Mereka bukan bagian dari agenda pemerintahan dunia. Selain itu, mudah untuk melupakan mereka para elit nasional non-Yahudi yang telah mengkhianati negara dan rakyatnya menyerah kepada Illuminati. Lihatlah daftar keanggotaan "Skull and Bones" atau elit "Pilgrim Society" untuk melihat bahwa sebagian besar para pengikutnya adalah non-Yahudi. Bacalah buku "Secret Societies of America's Elite" yang ditulis oleh Steven Sora untuk melihat dari sisi kriminal Masonik non-Yahudi dalam kepemimpinan Amerika Serikat. Svali menunjukkan alasan mengapa Illuminati membenci agama Yahudi: "Orang-orang yang beragama Yahudi secara historis berperang melawan penyembah setan. Lihat Deuteronomy dan Perjanjian Lama bagaimana Tuhan melalui orang-orang beragama Yahudi berusaha untuk mensucikan tanah tempat kelompok penyembah setan yang menjalankan ritualnya di sana, seperti kepada penyembah Baal, Ashtarte, dan dewa-dewa bangsa Kanaan serta Babilonia lainnya." Sudah saatnya Yahudi menemukan kembali warisannya dan meneruskan tugas ini lagi. Sebagai kesimpulan, sebuah kelompok Pemuja Setan mengendalikan dunia. Mereka tidak hanya terdiri dari Yahudi, Islam ataupun Kristen akan tetapi mereka para pengikut Setan yang berpura-pura mengaku sebagai Yahudi, Islam dan Kristen.