Kamis, 25 Januari 2018

Islam di Amerika Setelah Donald Trump Jadi Presiden

Islam di Amerika Setelah Donald Trump Jadi Presiden berdasarkan Video
penuturan Hebh Jamal yang merupakan Muslimah Amerika keturunan
Palestina, Dia membuat debut politiknya di sampul New York Times; Sejak
itu aktivis mahasiswa Bronx ini tetap mengesankan dengan profil tinggi,
melakukan pemogokan setelah pelantikan Trump, diwawancarai oleh Observer
dan Broadly atau berbicara di panel dengan Angela Davis. Sebagai
advokat untuk pendidikan sejak ia berusia 15 tahun, Jamal telah menjadi
semakin aktif saat ia berusaha menjalankan visinya untuk masyarakat yang
lebih sadar, harmonis, berpendidikan.

Wanita Muslim Ini Berani Melawan Vladimir Putin Di Rusia

Perkenalkan, namanya Aina Gamzatova. Muslimah asal Dagestan ini tampil
mengenakan hijab. Namun, ia lantang ingin menantang calon unggul
pemilihan presiden (pilpres) Rusia mendatang: Presiden Vladimir Putin.

Keikutsertaan Gamzatova dalam bursa pemilihan presiden Rusia pada Maret
mendatang bukan semata mencari kemenangan. Sebab, meski seluruh Aina
Gamzatova Muslim di Rusia memilihnya, itu tak langsung menjadikannya
orang nomor satu.

Komunitas Muslim menempati jumlah 20 juta orang dari total populasi 140
juta jiwa Rusia. "Tentu saja ia tidak akan menjadi presiden, bahkan
mendiskusikannya saja rasanya bodoh," kata seorang bloger populer asal
Dagestan,Aina Gamzatova Zakir Magomedov.Presiden putin dari rusia
menjabat 20 tahun lebih.

Meski demikian, Gamzatova kemungkinan besar akan mendapatkan suara
mayoritas di Dagestan dan Kaukasus Utara. Ini artinya, suara Putin akan
terpecah.

"Ia tentu akan mendapatkan suara mayoritas dan Putin tidak akan
mendapatkan 146 persen suara Aina Gamzatova seperti biasanya," kata
Magomedov sambil bercanda menyinggung persentase loyalis Putin.

Vladimir Putin sudah terkenal bisa menang dengan mudah. Ia selalu
mendapatkan mayoritas suara. Tidak pernah ada orang yang bisa imbang
melawannya.

Sabtu, 20 Januari 2018

Penjelasan Surah Al-Maidah Ayat 21 & 22

21. يَا قَوْمِ ادْخُلُوا الأرْضَ الْمُقَدَّسَةَ الَّتِي كَتَبَ اللَّهُ لَكُمْ وَلا تَرْتَدُّوا عَلَى أَدْبَارِكُمْ فَتَنْقَلِبُوا خَاسِرِينَ 
Hai kaumku, masuklah ke tanah suci (Jerusalem) yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu lari ke belakang (karena takut kepada musuh), maka kamu menjadi orang-orang yang merugi.
(5: 21)

 22. قَالُوا يَا مُوسَى إِنَّ فِيهَا قَوْمًا جَبَّارِينَ وَإِنَّا لَنْ نَدْخُلَهَا حَتَّى يَخْرُجُوا مِنْهَا فَإِنْ يَخْرُجُوا مِنْهَا فَإِنَّا دَاخِلُونَ 
Mereka berkata: “Hai Musa, sesungguhnya dalam negeri itu ada orang-orang yang gagah perkasa, sesungguhnya kami sekali-kali tidak akan memasukinya sebelum mereka ke luar daripadanya. Jika mereka ke luar daripadanya, pasti kami akan memasukinya.” (5: 22)

Nabi Musa as meminta kepada Bani Israil agar berjuang dan berupaya untuk bisa memasuki kawasan Syam dan Baitul Maqdis, serta tetap berjuang melawan  para penguasa zalim di sana. Adapun mereka yang hidup bertahun-tahun di bawah kekuasaan Firaun dan sedemikian takutnya berbicara bebas, mereka mengatakan, kami bukanlah orang yang bersikap tegas dan kami tidak memiliki keberanian dalam berperang. Namun apabila mereka berhasil dikeluarkan dan tanah suci itu diberikan kepada kami, maka kami pun akan memasuki Baitul Maqdis.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1.  Para pemeluk agama Ilahi harus bisa membebaskan tempat-tempat suci  agama dari cengkeraman para penjahat dan penjajah.
2. Kurangnya introspeksi dan merasa lemah melawan musuh merupakan faktor kegagalan yang telah diupayakan untuk dihilangkan oleh para nabi. (BJ).