Minggu, 13 Agustus 2017

Sufisme Islam dan Kabbalah Yahudi:


Orang-orang Muslim dan orang-orang Yahudi di dunia memiliki aspek-aspek penting yang sama dengan tradisi mereka - terlepas dari persistensi konflik di Timur Tengah. Orang-orang Yahudi dan Arab melacak keturunan mereka dengan nabi monoteistik Abraham (Ibrahim dalam bahasa Arab). Orang-orang Yahudi menegaskan keturunan mereka dari Ishak, dan orang-orang Arab dari Ismail Ismail.  Anak keturunan Ismail meluas, melalui afiliasi dengan Islam, ke banyak etnis lain selain orang-orang Arab, di seluruh dunia. Namun, Quran, teks suci Islam, berulang kali memuji Musa (Musa), dan Muslim, seperti orang Yahudi, percaya bahwa Musa sendiri, di antara para nabi, berbicara langsung kepada Tuhan. Selain itu, Yahudi dan Muslim keduanya menyunat keturunan laki-laki mereka, yang pertama saat lahir dan yang terakhir pada atau mendekati pubertas. Dan akhirnya, kedua agama tersebut berbagi beberapa larangan makan dan makanan lainnya, seperti larangan konsumsi daging babi.
Muslim dan Yahudi lebih jauh memiliki kebiasaan mistis - Sufisme Islam dan Kabbalah Yahudi - yang sangat dekat satu sama lain sehingga praduga pengaruh timbal balik tidak dapat dielakkan. Namun, transmisi doktrin dan praktik spiritual di antara mereka masih misterius secara historis. Pada poin-poin tertentu, ada bukti pengaruh langsung tasawuf terhadap spiritualitas Yahudi. Di tempat lain, jalan di antara keduanya menantang untuk membedakan.
Sufisme dan Kabbalah jatuh ke dalam dua aliran umum: "theosophical," yang bersangkutan dengan menjelaskan isi mistik tentang alam semesta dan hubungan manusia dengan ciptaan Tuhan, dan "gembira." Baik Sufi dan Kabbalis menganggap makna eksternal dan tersembunyi bagi mereka. Tulisan suci Tapi untuk mistik "teosofis", Muslim atau Yahudi, pikiran terkonsentrasi pada kinerja perintah keagamaan sesuai dengan pengertian supernatural mereka. Sebaliknya, "ekstase" mencari lebih dari sekadar penyempurnaan jiwa, dan keintiman dengan Tuhan.
Seorang penulis Yahudi terkemuka yang dipengaruhi oleh tasawuf, Bahya ibn Pakuda, bertugas sebagai ahli hukum Ibrani di kota Zaragoza, Spanyol selama periode Islam, sebelum penaklukan kembali oleh orang-orang Kristen. Menjelang akhir abad ke-11, dia menulis sebuah klasik etika Yahudi yang banyak dibaca hari ini, "Kitab Arah Tugas Hati." Awalnya disusun dalam bahasa Arab, bahasa Yahudi yang umum pada periode sejarawan besar Islam Bernard Lewis telah menyebut era "Yudeo-Islam", karya Bahya banyak menarik perhatian tulisan-tulisan para sufi Arab awal, seperti Dhunnun dari Kairo, yang meninggal tahun c.859. Bahya berbagi dengan para sufi bahwa kepercayaan bahwa kepatuhan terhadap hukum agama tidak akan, hanya menjamin kesempurnaan jiwa, tetapi orang percaya harus berkomitmen kepada Tuhan di dalam hati. Dia tidak, bagaimanapun, orang yang gembira - dia percaya akan mencintai Tuhan dari jarak yang terhormat.
Cara yang digunakan oleh Sufi yang gembira dan Kabbalis yang gembira seringkali identik: penyerapan dalam pengulangan Nama-nama Tuhan, disertai dengan musik dan usaha fisik. Sarjana Israel Moshe Idel, dalam bukunya yang berjudul 1988 "The Mystical Experience in Abraham Abulafia," menganalisis biografi seorang Kabbalis yang lahir di Zaragoza pada 1240, setelah direbut kembali oleh orang-orang Kristen. Abulafia melakukan perjalanan melalui negara-negara Muslim dan negara-negara Kristen Timur sebelum kembali ke Barcelona, ​​di mana dia memulai studi Kabbalahnya. Pertemuannya dengan Kabbalah mendorongnya ke cara baru dan orisinal untuk mempelajari hukum Yahudi yang membawa kutukan dari penguasa Yahudi pada masanya, meskipun kemudian dia dikenal sebagai pemikir Yahudi.
Metode Abulafia untuk mencapai persatuan ekstatis dengan yang ilahi memiliki kesejajaran dalam tasawuf, Kristen Ortodoks Timur dan yoga. Ini termasuk membacakan nama-nama Tuhan dalam kombinasi dengan "teknik rumit yang melibatkan komponen seperti pernapasan, nyanyian, dan gerakan kepala, yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan perintah tradisional Yudaisme," dalam kata-kata Idel.
Namun prosedur ini dikenal luas dalam tasawuf. Idel mencatat satu unsur dalam Kabbalah Idul Fitri yang luar biasa - sebuah persyaratan untuk pengucapan nama-nama ilahi saat bernafas, dan bukan di udara - dan menemukan kesejajaran antara disiplin sufi ini. Dalam karya-karyanya yang lain, "Studies in Ecstatic Kabbalah," Idel menulis tentang "hipotesis bahwa tradisi Sufis Yahudi ada di Timur, dan mungkin juga di Palestina." Kabbalah yang hebat dari Abulafia, menurut Idel, menyatu dengan "rantai yang tidak terputus Penulis [Yahudi] ... yang mengembangkan tren mistis di bawah inspirasi Sufic. "Tren ini" ditransmisikan "dari Timur ke Barat dalam" migrasi 'teori Kabbaristik yang menakjubkan. "Kabbalah gembira yang berasal dari Barcelona kembali ke Spanyol yang diperintah Kristen diperkaya dengan perjumpaannya dengan tasawuf. Idel menyimpulkan, "Palestina memberikan kontribusi yang besar" kepada Kabbalah. "Kontribusi ini ironisnya, dipupuk oleh mistisisme Muslim."

Sabtu, 12 Agustus 2017

EKSISTENSI SEORANG MUSLIM DALAM SOROTAN ?..


 
Apakah Islam Yahudi? ..Sebuah pertanyaan yang mungkin memegang kunci Age of Messiah. Ini bukan artikel religius, dalam arti bahwa kepercayaan pada makhluk yang lebih tinggi tidak diperlukan. Namun, hal itu membutuhkan pemahaman tentang keyakinan agama, karena tidak mungkin untuk memahami kejadian di Timur Tengah, dan Tanah Suci pada khususnya, tanpa mengakui peran agama. Artikel ini ditulis dari sudut pandang kepercayaan agama Yahudi, tanpa saran bahwa ini mewakili realitas objektif atau keyakinan pribadi saya sendiri.Pencarian saya untuk solusi sederhanaSejak saya menyadari konflik Israel / Arab sekitar 50 tahun yang lalu, saya telah lama mengantisipasi kesimpulan damainya. Sejak kembali ke Israel setahun yang lalu (saya pernah tinggal di sini sebelumnya dari tahun 1978 sampai 1988), saya telah mencoba untuk memahami apa yang sedang terjadi di sini untuk mendapatkan beberapa gagasan sederhana yang mungkin menjadi kunci penyelesaian.Beberapa bulan yang lalu, saya memasang sebuah artikel yang mendapat pujian lebih dari apapun yang pernah saya tulis tentang intimidasi. Adalah usaha saya untuk mengerti mengapa Muslim membunuh bukan hanya orang Kristen, Yahudi, Yazidis, dan Baha'i, tapi kebanyakan sesama Muslim - bahkan berbagai faksi Sunni yang berbeda berjuang melawan kematian - dan menyarankan cara untuk membantu mengakhiri berbasis agama. Peperangan di dunia Saya mengusulkan "meme kafir" yang menginfeksi orang dengan gagasan bahwa tugas ilahi mereka adalah membunuh orang-orang yang keyakinannya berbeda dari keyakinan mereka sendiri. Saya menyarankan bahwa jika dunia Barat memberi sanksi kepada negara-negara yang secara resmi terlibat dalam mempromosikan meme kafir, negara-negara tersebut pada akhirnya akan memilih untuk meninggalkannya dan dunia akan menjadi lebih aman.Yang membuatku kecewa, satu-satunya penentang adalah teman dekatku, seorang Muslim. Dia merasa artikel itu bias terhadap Muslim dan bahwa sanksi tersebut akan mengakibatkan meningkatnya permusuhan. Mungkin ada sesuatu untuk itu.Jadi sekarang saya menyajikan sebuah solusi yang menempatkan kita orang-orang Yahudi sebagai pimpinan peran kita sebagai "terang bagi bangsa-bangsa," menempatkan kita pada kendali daripada mengandalkan orang lain untuk memulai perubahan.Keadaan saat ini untuk orang YahudiHal ini menjadi semakin berbahaya untuk menjadi seorang Yahudi, terutama karena Negara Israel. Israel sekarang dipandang sebagai Goliat dan bukan David dan, seperti yang dikatakan Wilt Chamberlain, "Tidak ada yang mengakar untuk Goliat." Banyak negara, terutama Muslim Timur Tengah, ingin menghancurkannya, dan kebencian orang-orang Yahudi di Eropa telah meningkat ke tingkat yang tidak terlihat sejak Holocaust. Intifadah ketiga baru-baru ini tumbuh di dalam Israel.Bersamaan dengan itu, orang-orang Yahudi religius, termasuk rabbi yang berpengaruh, dengan optimis berbicara tentang kedatangan Moshiach (Mesias), yang selama ini kita rindu sejak pembuangan kita dari Tanah Suci dua ribu tahun yang lalu. Mereka percaya bahwa hanya Moshiach yang bisa memecahkan masalah eksistensial kita, dan bahwa kebutuhan kita yang mendesak akan memaksanya untuk tampil. Namun, mereka tidak tahu siapa dia, bagaimana dan kapan dia akan datang, dan bagaimana rupa dunia seperti dulu. Beberapa orang membayangkan Era Moshiach sebagai Surga di Bumi, di mana hanya orang-orang Yahudi dan orang-orang bukan Yahudi yang akan bertahan dan hidup seperti malaikat. Penyebut umum dari semua pandangan, bagaimanapun, adalah bahwa ini akan menjadi zaman perdamaian universal. Itu adalah tujuan yang oleh para ilmuwan sosial sekuler juga bercita-cita dan percaya bahkan bisa dicapai. Ini adalah Era Moshiach yang saya coba asuh. Dengan ini saya berhipotesis bahwa judul artikel ini mungkin memegang kuncinya.Ada seorang pria yang keinginan hidupnya untuk mengunjungi New York City, seperti yang dia katakan bahwa itu adalah kota terindah di dunia. Dia menderita disleksia, jadi dia tidak bisa membaca tanda-tanda. Orang-orang menunjuknya ke arahnya, dan dia memulai perjalanannya. Dia menghabiskan bertahun-tahun berkeliling, berharap bisa menemukan dirinya di kota impiannya. Ke mana pun dia pergi, dia bertanya, "Apa nama tempat ini?" Pada beberapa hari orang mengatakan kepadanya, "Bronx." Yang lain adalah "Manhattan," "Brooklyn," "Queens" dan "Staten Island." Setelah bertahun-tahun mengembara, dia jatuh sakit dan meninggal dengan hati yang patah, percaya bahwa dia gagal mencapai mimpinya. Apa hubungannya dengan pencapaian perdamaian ini? Baca terus, dan saya harap ini akan masuk akal.

Jumat, 11 Agustus 2017

EKSISTENSI SEORANG MUSLIM DALAM SOROTAN?..


Kronologis Terminologi Islam.

Tahap paling penting dalam sejarah Islam ditandai dengan masuknya pengaruh-pengaruh luar… Pendiri Islam, Muhammad, tidaklah mengeluarkan ide baru. Dia tidak memperkaya konsep-konsep sebelumnya tentang hubungan manusia dengan Makhluk Maha Tinggi.. Pesan-pesan nabi Arab ini cuma berupa gabungan aturan- aturan dan gagasan-gagasan yang dia pilih sendiri. Gagasan-gagasan yang dia dapatkan lewat kontaknya dengan orang Yahudi, Kristen dan elemen-elemen lainnya, yang punya pengaruh sangat kuat dalam dirinya.[1] - Ignaz Goldziher.

Muhammad bukanlah pemikir orisinil: dia tidak merumuskan prinsip- prinsip etika yang baru, dia hanya mengambil dari lingkungan dan budaya yang telah ada. Sifat memilih-milih sumber contekan dari Islam ini telah dikenal sejak lama. Bahkan Muhammad sendiri tahu Islam bukanlah agama baru, dan wahyu-wahyu yang ditulis dalam Quran hanya memastikan bahwa sudah ada tulisan-tulisan demikian yang juga dianggap wahyu oleh pihak lain selain Islam. Sang nabi selalu mengaku Islam punya hubungan dengan agama-agama besar Yahudi dan Kristen. Para komentator muslim seperti al-Sharestani juga mengakui bahwa sang nabi mentransfer kedalam Islam kepercayaan dan praktek-praktek dari kaum Pagan/berhala Arab, terutama ritual ibadah haji ke Mekah. Tapi tetap saja muslim umumnya tetap berkeras mengatakan bahwa kepercayaan mereka datang langsung dari surga, bahwa Quran yg diturunkan oleh malaikat Jibril berasal dari Tuhan langsung, untuk Muhammad. Quran dianggap berasal dari keabadian, ada tertulis disurga, disimpan disana dalam bentuk Tablet yang Terpelihara (43.3; 56.78; 85.22). Tuhan adalah sumber dari Islam – mencari sumber-sumber tulisan manusia dalam Quran bukan saja sia- sia tapi juga percuma dan, tentunya, itu menghujat namanya.

Mungkin para muslim punya rasa takut dalam bawah sadar mereka bahwa jika kita bisa menemukan jejak ajaran Quran itu adalah murni hasil manusia dan bukan berasal dari langit, maka seluruh bangunan Islam akan hancur lebur. Tapi seperti Ernest Renan sering katakan, “Agama-agama adalah fakta-fakta; harus didiskusikan sebagai fakta dan diterapkan dengan aturan-aturan kritik sejarah yang sama.”[2]

Meminjam perkataan Renan lagi,[3] studi kritis mengenai asal muasal Islam akan menghasilkan kepastian sejarahnya saja jika dilakukan secara sekular murni dan semangat keduniawian dari orang-orang yang tidak dipengaruhi oleh teologis dogmatiknya. Hanya dengan begitu kita baru bisa mengungkap sejarahnya Muhammad, dan hanya dengan itu pulalah kehidupannya yang luarbiasa hanya akan dinilai sebagai bagian dari sejarah manusia, dengan pengertian sekular bagi kita semua – baik muslim maupun non muslim.

Karya dari Ignaz Goldziher dan Henri Corbin mengenai pengaruh Zoroastrianisme dalam Islam; karya-karya Geiger, Torrey dan Katsch mengenai pengaruh Yudaisme; Karya Richard Bell yang menjadi pelopor dalam pengaruh kekristenan; karya Wellhausen, Noldeke, Hurgronje dan Robertson Smith mengenai pengaruh Sabianisme serta Arab pra-Islam; dan karya dari Arthur Jeffery mengenai kosa kata asing dalam Quran, semuanya jika digabung membuat kita setuju dengan kesimpulannya Zwemer bahwa Islam ‘bukanlah sebuah penciptaan, tapi sebuah campuran (alias, comot sana, comot sini. -Adm); tidak ada yang baru tentang Islam ini kecuali bahwa si Muhammad mencampurkan resep lama ke dalam sebuah ‘obat’ baru dan lalu memaksakan obat itu untuk mereka makan dengan memakai pedang.” [4]

PEMUJAAN BERHALA DI ARAB
Bisa dipastikan bahwa dalam banyak ayat Quran “Islam hanya menutup tipis dasar-dasar kaum berhala.”[5] sebagai contoh dalam surah 113: “Dengan menyebut nama Auwloh Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh, dari kejahatan makhluk-Nya, dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan dari kejahatan perempuan- perempuan tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul, dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki"
Islam mencontek banyak takhyulnya paganisme Arab, terutama dalam hal tatacara dan ritual ibadah haji ke Mekah (lihat surah 2.150; 22.26- 28; 5.1-4; 22.34). Kita juga bisa melihat jejak-jejak paganisme dalam nama-nama para dewa/tuhan kunonya (surah 53.19-20; 71.23); lalu takhyul yang berhubungan dengan jin, dan dongeng-dongeng tua mengenai Ad dan Thamud.

IBADAH HAJI
Orang-orang datang dari tempat-tempat yang jauh untuk melemperkan kerikil pada Setan dan untuk mencim batu hitam // Mereka bilang betapa anehnya hal ini! // Apakah seluruh manusia sudah menjadi buta terhadap kebenaran?[6]

Hai orang-orang bodoh, sadarlah! Ritual yang anda keramatkan // hanyalah sebuah tipuan dari orang-orang zaman dulu // Yang bernafsu mengejar kekayaan dan memuaskan nafsu mereka, kemudian mati dalam kesia-siaan - dan hukum-hukum mereka hanyalah debu.. -Al-Ma’ari.

Saya mencari jalan, tetapi bukan jalan menuju Ka'bah dan Mesjid. Sebab saya lihat pada masa lalu, sepasukan para penyembah berhala dan pada masa yang akan datang, sekelompok orang yang menyembah diri mereka sendiri -Jalal Uddin Rumi.[7]

Tidakkah saya melihat Nabi sendiri menciummu, sebba saya sendiri tidak akan menciummu. -Kalifah Umar, addressing the Black Stone at Kabah.[8]

From an ethical standpoint, the Mecca pilgrimage, with its superstitious and childish ritual, is a blot upon Mohammedan monotheism. -S. Zwemer.[9]

Seluruh tata cara ibadah haji tanpa malu dicontek mentah-mentah dari praktek ritual pagan pra-Islam: “fragmen-fragmen yang tak dimengerti dari budaya kaum berhala diambil begitu saja kedalam Islam.” [10] Ibadah haji ke Mekah dilakukan dibulan Djulhijah, bulan ke-12 kalender muslim. Ibadah haji adalah rukun/pilar Islam kelima, sebuah kewajiban religius yang didasarkan pada perintah dalam Quran. Setiap muslim yang berbadan sehat dan harta cukup harus melakukan ibadah haji sekali dalam hidupnya.

Tujuh hari pertama terdiri dari (bisa dikatakan) Umrah, ritual yang juga bisa dilakukan diwaktu-waktu lain kecuali hari ke-8, 9 dan 10 bulan Djulhijah tersebut. Ketiga hari tersebut khusus untuk Haji, yang dimulai pada hari kedelapan.


Lima Hari pertama
Ketika para peziarah datang dari luar Mekah, mereka menyiapkan diri agar berada dalam keadaan suci. Setelah memakai pakaian khusus (ihram) dan melakukan wudhu serta sholat yang diperintahkan, mereka memasuki Mekah, dimana lalu disana mereka membuat kurban (membunuh) hewan, memotong rambut, dan boleh melakukan persetubuhan. Lalu sholat lagi di Masjid al-Haram, Mekah, melakukan Thawaf (mengelilingi kabah tujuh putaran) sambil setiap kali satu putaran jika bisa, mencium hajar Aswad (Batu Hitam), jika tidak bisa memberi salam dari jauh pada batu tersebut (ketika sejajar) sambil berteriak Auwlohu Akbar. Thawaf dilakukan 4 kali dengan berjalan dan tiga kali dengan berlari-lari kecil, dengan pundak kiri yang tertutup ihram ada di sebelah Kabah, pundak kanan terbuka. Lalu para peziarah menuju Makam Ibrahim, disini juga konon tempat Ibrahim sholat menghadap Kabah. Dikatakan bahwa Ibrahim setelah melakukan sholat lalu ia menuju Hajar Aswad dan menciumnya. Didekatnya ada sumur air Zam-zam, yang menurut Muslim, air tempat Hagar dan Ismail minum. Mereka jika memungkinkan sholat dua roka’at di belakang makam ini, jika tidak memungkinkan boleh sholat dimana saja di Masjidil Haram.

Hari keenam sampai kesepuluh
Lalu mereka keluar dari masjidil haram melalui salah satu dari 24 pintu (kecuali ketika masuk mereka harus melalui satu pintu yang disebut Hijr Ismail). Keluar mereka harus mendaki bukit Safa, sambil terus baca-baca ayat Quran, di atas Safa mereka menghadap kabah mengangkat kedua tangan bertakbir serta bertahmid dan mengucapkan dzikir tiga kali. Lalu turun dan menuju (berjalan jika bisa mulai berlari pada tempat yg sudah ditandai) ke bukit Marwa, sampai di atas bukit Marwa kembali menghadap kabah mengangkat kedua tangan bertakbir serta bertahmid dan mengucapkan dzikir tiga kali. Selesai satu putaran Safa-Marwa, dan ini harus dilakukan sebanyak tujuh kali. Ritual absurd ini menandai pencarian air oleh Hagar dulu ketika diusir oleh Ibrahim.

Hari keenam bermalam di Mekah. Hari ketujuh mendengarkan khotbah dari Masjidil Haram dan lalu hari kedelapan berangkat ke Mina, dimana di sana melakukan ritual lain dan bermalam. Hari kesembilan setelah matahari terbit berangkat menuju Padang Arafah dimana mereka melakukan wuquf dan jika memungkinkan tinggal di masjid Namirah, jika tidak langsung menuju kawasan arafah dan singgah disana. Menurut hadis muslim, Adam dan Hawa bertemu disini ketika mereka terpisah waktu dijatuhkan dari surga.

Paginya berangkat menuju Mina, berdesak-desakan melempar Jumrah disana, tujuh lemparan dengan tujuh biji batu kerikil kecil, setiap lontaran dibarengi takbir, batu itu dipegang antara ibu jari dan jari telunjuk tangan kanan, dilempar dengan jarak tidak kurang dari 15 kaki. Setelah itu melakukan qurban, kambing atau domba. Setelah itu mereka mencukur/memotong rambut mereka. Terakhir jika memungkinkan mereka bermalam di Mina tanggal 11, 12 dan 13, karena ada firman auwloh SWT: [2.203] “Dan berzikirlah (dengan menyebut) Auwloh dalam beberapa hari yang berbilang. Barangsiapa yang ingin cepat berangkat (dari Mina) sesudah dua hari, maka tiada dosa baginya. Dan barang siapa yang ingin menangguhkan (keberangkatannya dari dua hari itu), maka tidak ada dosa pula baginya bagi orang yang bertakwa. Dan bertakwalah kepada Auwloh, dan ketahuilah, bahwa kamu akan dikumpulkan kepada-Nya.”

Para muslim merasionalisasi takhyul ini dengan melambangkan penolakan Ibrahim terhadap setan yang mencoba mencegah Ibrahim untuk mengorbankan anak yang dia sayangi, Ismail. Kurban hewan mengingatkan digantinya Ismail oleh auwloh dengan hewan kurban.

Bagaimana bisa Muhammad, seorang penganut monoteisme mutlak, seorang penentang pemujaan berhala sampai menerapkan ketakhyulan pagan kedalam jantung Islam itu sendiri? Banyak sejarawan setuju kalau saja para Yahudi dan Kristen menolak Musa dan Yesus dan menerima Muhammad sebagai nabi yang mengaku mengajarkan agamanya Abraham di Mekah ketika Muhammad masih menganggap Jerusalem sebagai kiblatnya, maka Jerusalem-lah, bukannya Mekah, yang akan menjadi kota Suci, dan Ancient Rock-lah bukannya Kabah yang akan menjadi objek takhyulnya.

Frustasi terhadap kerasnya pendirian kaum Yahudi dan sadar bahwa sedikit sekali kemungkinan mereka mau menerima dia sebagai nabi baru, Muhammad dengan enaknya menerima perintah dari Tuhan untuk mengubah arah Kiblat (Surah 2.142-144) dari Jerusalem ke Kabah di Mekah. Dia tahu bahwa dia pada akhirnya nanti akan bisa mengambil Mekah dengan semua hubungan sejarahnya.

Ditahun 6 Hijriah, Muhammad mencoba masuk ke Mekah bersama para pengikutnya tapi gagal. Orang Mekah dan Medinah bertemu di Hudaibiyah. Setelah negosiasi dan diputuskan untuk membuat perjanjian yang disetujui para muslim, lalu mereka kembali ke Medina dan boleh melakukan ritual haji ke Mekah tahun berikutnya. Muhammad, dengan banyak pengikutnya datang ke Mekah tahun 7H dan melakukan thawaf keliling Kabah, mencium Batu Hitam (hajar aswad) dan lain-lain sebagai bagian dari ritualnya.

Mekah diduduki oleh Muhammad ditahun berikutnya, 8H. Awalnya banyak orang muslim yang menyelinap bergabung ikut kelompok- kelompok orang arab non muslim lainnya dengan pura-pura ikut ibadah haji, tapi sang nabi tidak ikut. Segera setelah banyak anak buahnya berada disana, sebuah wahyu dari Tuhan turun mengumumkan bahwa semua perjanjian antara para muslim dan kafir harus dicabut, dan setelah itu tak seorangpun yang bukan muslim boleh mendekati Mekah dan/atau melakukan ibadah haji (Surah 9.1-4 dan 2~).

Akhirnya, meminjam pernyataan Zwemer;
Di tahun 10 Hijriah, Muhammad melakukan ibadah haji ke Mekah, ke altar sembahan nenek moyangnya, dan semua ritual yang sebelumnya milik kaum berhala sekarang menjadi norma-norma ritual Islam.

Seperti Wellhausen katakan, “Sekarang kita punya ritual mirip dengan ritual di Calvary (Ketika penyaliban Yesus) tapi minus sejarah the Passion-nya.” Praktek-praktek kaum pagan dimasukkan kedalam Islam dengan pembenaran lewat legenda-legenda muslim yang dikarang dan ditempelkan pada karakter-karakter yang ada pada Bible, dan keseluruhan legenda (karangan Islam) itu hanya fiksi campur aduk belaka.[11]
Islam adalah ciptaan bangsa Arab bagian Tengah dan Barat. Sayangnya, pengetahuan kita tentang agama kaum berhala Arab di daerah ini sedikit sekali. Sedikitnya bukti-bukti prasasti sejarah, membuat para scholar hanya mengandalkan pada catatan Ibn al-Kalbi (m.819M), penulis The Book of Idols, mengenai nama-nama para dewa/tuhan, nama yang menjelaskan pengikutnya sebagai hamba atau tentang pahala, kemurahan, dan lain-lain dari dewa anu atau dewi anu; berbagai penggalan puisi pra- Islam; dan kiasan-kiasan polemik tertentu yang ada dalam Quran. Dengan mengutip Noldeke,
Kita harus pertimbangkan fakta bahwa Muhammad memasukkan sejumlah praktek-praktek dan kepercayaan-kepercayaan kaum berhala ke dalam agamanya, kadang dimodifikasi tapi kebanyakan dijiplak mentah-mentah, dan juga beberapa benda peninggalan kaum berhala, yang sebenarnya aneh bagi para Islam ortodoks, dipertahankan sampai saat ini oleh orang Arab. Diadopsinya sebuah agama baru tidaklah sepenuhnya mengubah kepercayaan yang populer saat itu, tidak pula mengubah konsep-konsep lama yang menyamar dengan nama berbeda, dengan atau tanpa sangsi dari otoritas agama tersebut, pengubahan itu cuma masalah perbedaan pengamaetan dan sudut pandang belaka.[12]

Orang mungkin menambahkan bahwa Muhammad dengan lihainya memasukkan beberapa ritual yang sebelumnya dilakukan untuk altar berhala atau altar-altar lokal lain kedalam acara ibadah haji.

Masyarakat pra-Islam di Arab tengah terorganisir secara kesukuan, dan tiap suku punya dewa/tuhan masing-masing, yang disembah dalam altar tertentu, bahkan oleh kaum nomad yang berpindah-pindah.

Dewa-dewi itu bertempat tinggal dalam batu dan batu itu tidak harus berbentuk manusia. Kadang berupa patung atau kadang hanya berupa batu kotak biasa atau menyerupai manusia. Kaum berhala Arab menganggap bahwa batu-batu yang berfungsi sebagai jimat itu dimasuki oleh kekuatan hebat dan otomatis punya pengaruh hebat pula.

Nama dari dua bukit As-Safa dan al-Marwa adalah nama batu yang disembah sbg berhala oleh orang Arab kala itu. Kaum pagan berlari diantara kedua bukit itu utk menyentuh dan mencium (batu) Isaf dan (batu) Naila, berhala tersebut yang disimpan disana agar memberi keberuntungan dan nasib baik.

Batu Hitam Keramat dan Hubal
Kita punya bukti bahwa Batu Hitam (Hajar Aswad) itu dipuja dibanyak dunia arab; contohnya, Clement dari Alexandria, yang menulis tahun 190M menyebutkan bahwa “Orang Arab menyembah batu”, mereka percaya pada batu hitam Dusares di Petra. Maximus Tyrius menulis pada abad ke-2, “Aku tidak tahu orang-orang Arab menyembah Tuhan apa, tuhan yang mereka lambangkan dengan batu kotak segi empat”; dia menyinggung Kabah yang ada Batu Hitamnya. Ke-antik-an batu ini juga terbukti dengan adanya fakta bahwa orang Persia kuno mengklaim Mahabad dan penerusnya meninggalkan/menyimpan batu Hitam di Kabah, bersamaan dengan patung-patung dan gambar- gambar lainnya, dan bahwa batu itu adalah tanda dari Saturnus.

Di sekitar Mekah terdapat batu-batu keramat lain yang dijadikan sesembahan/jimat, “tapi mendapatkan takhyul dari Muhammad dengan menghubungkannya pada orang-orang suci tertentu jaman dulu.” [13]

Batu Hitam itu sendiri sebenarnya hanya sebuah meteorit dan niscaya batu itu mendapatkan reputasi sebagai batu yang jatuh dari ‘surga’ juga dari situ. Sangat ironis para muslim memuliakan batu ini sebagai batu yang diberikan pada Ismail oleh Malaikat Jibril untuk membangun Kabah, seperti kata Margoliouth, “keasliannya diragukan karena batu hitam pernah diambil oleh orang Qarmatian pada abad ke-4, dan dikembalikan mereka setelah bertahun-tahun kemudian; bisa jadi batu yang mereka kembalikan bukanlah batu yang sama.” [14]

Hubal juga disembah di Mekah, dan patungnya berupa mata warna merah dipasang didalam Kabah di atas sumur kering dimana para peziarah mengucapkan sumpah atau memenuhi nazarnya. Sangat mungkin patung Hubal ini pernah berbentuk manusia. Posisi Hubal yang ditempatkan disebelah Batu Hitam menyiratkan bahwa ada hubungan antara keduanya. Wellhausen berpikir Hubal aslinya adalah nama Batu Hitam karena nama itu lebih tua dari pada patungnya sendiri. Wellhausen juga menunjukkan tuhan dipanggil sebagai ‘Raja Penghuni Kabah’, dan ‘Raja Mekah’ dalam Quran. Muhammad menentang persembahan di Kabah yang ditujukan pada al-Lat, Manat dan al-Uzza, yang oleh kaum berhala Arab disebut sebagai anak-anak perempuan Auwloh, tapi Muhammad tidak menyerang pengkultusan Hubal. Dari sini Wellhausen menyimpulkan Hubal adalah Auwloh itu sendiri, Raja/tuhan/dewa orang Mekah. Ketika orang Mekah mengalahkan sang Nabi dekat Medina, pemimpinnya berteriak, “Hooray utk Hubal.”

Mengelilingi altar sembah adalah ritual yang biasa dipraktekkan masyarakat lokal sana. Peziarah ketika berkeliling juga mencium dan membelai patung-patung mereka. Sir William Muir berpikir bahwa mengelilingi Kabah tujuh kali “mungkin menandakan perputaran benda langit.” [15] Sementara Zwemer menyimpulkan tujuh putaran itu (tiga kali lari, empat kali jalan) adalah “meniru planet luar dan dalam.” [16]
Tak pelak lagi orang-orang arab “periode itu menyembah matahari dan benda-benda langit lainnya.” [17] Konstelasi dari Pleiades, yang katanya bisa menurunkan hujan, dianggap dewa. Ada pengkultusan planet Venus yang dianggap dewi paling hebat dengan nama Al-Uzza.

Kita tahu dari seringnya nama-nama dewa dipakai bahwa matahari (Shams) juga disembah. Shams adalah dewi dari beberapa suku yang dihormati dan dibuatkan altar serta patungnya tersendiri. Snouck Hurgronje[18] melihat indikasi ada ritual ‘matahari’ dalam ritual ‘wuquf’ muslim (lihat halaman sebelumnya).
Dewi Al-Lat juga kadang disebut dewi matahari. Dewa Dharrih mungkin adalah dewa matahari terbit. Ritual-ritual muslim yang berlari antara Arafah dan Muzdalifah, Muzdalifah dan Mina, harus dilakukan setelah matahari terbenam dan sebelum matahari terbit. Ini perubahan sengaja yang dikenalkan oleh Muhammad utk menutupi hubungan ritual ini dengan ritual matahari kaum berhala, kepentingan tentang ini akan kita telaah nanti. Penyembahan bulan juga ditunjukkan dengan nama-nama seperti Hilal, Qamaz, dan lain-lain.

Houtsma[19] menyimpulkan pelemparan batu di Mina aslinya ditujukan pada iblis matahari. Kesimpulan ini masuk akal jika melihat fakta ritual ibadah haji kaum berhala aslinya bertepatan dengan waktu dimulainya musim semi. Iblis matahari diusir, dan kuasanya berakhir dengan berakhirnya musim panas, yang lalu diikuti dengan penyembahan di Muzdalifah, dimana disini Dewa Petir memberikan kesuburan.
Muzdalifah dulunya adalah tempat penyembahan Api. Sejarawan muslim menyebut bukit ini sebagai bukit Api Suci. Dewa di Muzdalifah bernama Quzah, Dewa Petir. Wensinck menyatakan: “Api dinyalakan di bukit keramat yang dinamakan Quzah. Disini mereka berhenti, dan wukuf yang dilakukan disini dahulu kala punya kemiripan banyak sekali dengan yang dilakukan di Sinai, dimana Dewa Petir sama-sama dilambangkan dengan api. Juga ada kebiasaan tradisionil untuk membuat kebisingan dan suara-suara sekeras mungkin, ini panggilan utk mendatangkan petir.”[20]

Frazer dalam karyanya The Golden Bough punya penjelasan lain mengenai upacara lempar batu:
Kadang motif pelemparan batu ini untuk mengusir roh jahat; kadang untuk mengusir setan, kadang untuk mendatangkan kebaikan. Tapi jika kita telusuri kembali ke asalnya ke dalam benak orang-orang primitif, kita temukan bahwa semuanya sama-sama punya prinsip untuk menjauhkan kejahatan…. mungkin menjelaskan ritual pelemparan batu. Ide orisinilnya mungkin adalah membersihkan diri dengan mentransfer kekotoran (dosa) pada batu-batu yang mereka lemparkan itu.[21]

Menurut Juynboll, ibadah Haji aslinya punya ciri magis:
Tujuannya jaman dulu adalah untuk mendapatkan tahun baik yang banyak hujan dan matahari, kemakmuran dan suburnya ternak serta ladang. Api yang menyala besar di Afatah dan Muzdalifah maksudnya untuk mengundang matahari agar bersinar ditahun yang baru. Air disiramkan ke tanah perlambang melawan kekeringan. Melempar batu ditempat-tempat tertentu di Mina, ya ng merupakan ritual primitif kaum berhala, aslinya perlambang melemparkan segala dosa-dosa tahun lalu dan semacam jimat untuk melawan kesialan dan hukuman.[22]

Ritual berlari-lari kecil (Islam fanatik akan mengatakan bahwa lari-lari kecil ini adalah bukti bahwa Islam sudah peduli terhadap kesehatan jasmani umatnya melalui ritual joging. Hahahaaa… –adm) antara Arafah dan Muzdalifah dan Muzdalifah ke Mina juga punya kepentingan magis. Pesta/Makan-makan pada akhir ritual perlambang kemakmuran yang mereka harapkan datang ditahun baru. Kewajiban-kewajiban yang banyak harus dilakukan para peziarah adalah agar menimbulkan kondisi mental yang magis pada para peziarah.


Catatan Kaki
[1] Goldziher, Ignaz. Introduction to Islamic Theology and Law. Terjemahan Andras dan Ruth Hamori. Princeton, 1981. Hal.4-5
[2] Dikutip oleh Anatole France dalam “The Unrisen Dawn,” London, 1929, hal 110-111
[3] Renan, Ernest. Histoire et parole, oeuvres diverses. Paris, 1984. Hal.352 [4] Zwemer, S. Islam: A Challenge to Faith. New York, 1908. Hal.24
[5] Dikutip oleh Jeffery , Arthur. The Foreign Vocabulary of the Koran. Baroda, 1938.Hal.1
[6] Dikutip oleh Dashti, hal.94
[7] Dikutip oleh Dashti, hal.1
[8] Dikutip oleh “Animistic Elements in Moslem Prayer” in Muslim World, vol.8.Hal.150
[9] Zwemer, S. “Animistic Elements in Moslem Prayer” in Muslim World, vol.8, Hal.148 [10] Ibid., hal.150
[11] Ibid., hal.157
[12] Noldeke, T. “Arabs (Ancient).” dalam Encyclopaedia of Religion and Ethics, hal 659-72 dalam Encyclopaedia of Religion and Ethics vol.1, hal.659
[13] Noldeke, T. “Arabs (Ancient).” dalam Encyclopaedia of Religion and Ethics, hal 659-72 dalam Encyclopaedia of Religion and Ethics vol.1, hal.665
[14] Margoliouth, D.S. “Ideas and Ideals of Modern Islam”. London, 1905. Dalam “Muslim World” vol.20, hal.241
[15] Muir, Sir W. The Life of Muhammad. Edinburgh, 1923. hal.xci.
[16] Zwemer, S. The Influence of Animism on Islam. London, 1920. hal. 158
[17] Noldeke, T. “Arabs (Ancient).” dalam Encyclopaedia of Religion and Ethics, vol1, hal 660
[18] Zwemer, S. The Influence of Animism on Islam. London, 1920, hal.159 [19] Ibid., hal.160
[20] Ibid., hal.159
[21] Ibid., hal.161
[22] Artikel Juynboll ‘Pilgrimage’ dalam Encyclopaedia of Religion and Ethics, vol1.
-------------------------------



Kabah
Patung-patung biasanya ditempatkan dalam lokasi khusus yang dibatasi oleh batu-batuan. Lokasi keramat ini adalah daerah suaka bagi semua makhluk hidup. Biasanya selalu ada sumur dilokasi tersebut. Tidak diketahui kapan pastinya Kabah dibangun pertama kali tapi pemilihan lokasinya pastilah karena adanya sumur zam-zam disana, sumur yang menyediakan air (yang di gurun dianggap sangat berharga) bagi para karavan yang lewat melalui Mekah menuju Yaman dan Siria.

Para peziarah memberi penghormatan dengan persembahan dan kurban. Di dalam Kabah ada sumur kering dimana persembahan dan kurban itu ditempatkan. Para peziarah yang datang untuk menyembah patung-patung itu sering mencukur rambut mereka didalam lokasi keramat tersebut. Kita lihat ritual mirip seperti ini juga ada dalam bentuk lainnya ketika muslim melakukan ibadah haji.

Menurut para penulis muslim, Kabah pertama kali dibangun di surga (ngayal aja mereka.. –Adm), dimana sampai sekarang modelnya masih ada disana, dua ribu tahun sebelum penciptaan jagat raya. Adam mendirikan Kabah dibumi tapi hancur oleh Air Bah. Abraham diperintahkan untuk membangunnya kembali; Abraham dibantu oleh Ismail. Ketika mencari batu untuk dipakai sebagai batu penjuru, Ismail bertemu malaikat Jibril yang lalu memberinya Batu Hitam, ketika itu Batu Hitam ini masih berwarna putih seperti susu; belakangan menjadi hitam karena dosa orang-orang yang menyentuhnya. Kisah ini tentu saja merupakan contekan dari legenda dalam tradisi Yahudi mengenai surga dunianya Yerusalem.

Sementara Muir dan Torrey yakin bahwa asal muasal Kabah Abraham ini merupakan kepercayaan yang telah lama ada di sana sebelum Muhammad, Snouck Hurgronje dan Aloys Sprenger sepakat bahwa dihubungkannya Abraham dengan Kabah adalah karangan Muhammad sendiri, dan ini berfungsi sebagai alat untuk melepaskan Islam dari Yudaisme. Kesimpulan Sprenger lebih keras lagi: “Dengan kebohongan ini, Muhammad memberi Islam semua yang diperlukan dan yang membedakan agama dari filosofi: secara nasional, ritual, ingatan sejarah, misteri, kepastian masuk surga, sambil sekaligus menipu hati nuraninya dan para pengikutnya.” [23]

Auwloh
Islam juga mencontek kata “Allah” (baca: “Auwloh” -Adm) dari kaum berhala Arab. Kita punya bukti Auwloh ini termasuk salah satu dari banyak nama Dewa-dewi di Arab Utara dan kaum Nabatian. Wellhausen menyebutkan literatur pra-Islam dimana Auwloh disebut- sebut sebagai Dewa. Kita juga punya kesaksian Quran sendiri yang menyatakan Auwloh dikenal sebagai pemberi hujan, pencipta dan lain-lain; satu- satunya kejahatan orang Mekah adalah karena mereka menyembah dewa lain juga selain Auwloh. Pada akhirnya nama Auwloh hanya ditujukan pada Makhluk Maha Tinggi. “Dalam hal apapun, merupakan fakta penting bahwa Muhammad tidak merasa perlu mengenalkan Tuhan yang sama sekali baru, tapi cukup puas membonceng Auwlohnya kaum berhala dan membuatnya menjadi semacam pemurni dogma.. Kalau saja dia sejak mudanya tidak terbiasa akan gagasan Auwloh sebagai Dewa Maha Tinggi, khususnya di Mekah, mungkin diragukan apa dia akan benar-benar tampil dan mengklaim dirinya sendiri sebagai pendakwah monoteisme.” [24]

Islam juga mengambil alih–atau lebih tepatnya, mempertahankan– kebiasaan dari kaum berhala Arab: Poligami, perbudakan, kemudahan cerai dan hukum-hukum sosial umum lainnya seperti sunat, wudhu (pembersihan diri) dan lain-lain. Wensinck, Noldeke dan Goldziher semua menyumbang dalam bidang elemen animistik mengenai ritual-ritual yang berhubungan dengan sholat Muslim.[25] Untuk persiapan sholat lima waktu, khususnya wudhu, tujuannya adalah untuk membebaskan pemuja dari kehadiran atau pengaruh roh jahat dan tidak ada hubungannya dengan kebersihan diri (karena dia juga membolehkan wudhu memakai pasir, yang jelas-jelas tidaklah bersih, -pen). Jelas terlihat dari banyak hadis sahih, Muhammad sendiri mengabadikan banyak takhyul mengenai pengotoran manusia oleh setan, takhyul yang dia dapatkan dari kaum berhala ketika dia muda.

Menurut satu hadis, Muhammad mengatakan, “Jika diantara kamu terbangun dari tidur, bersihkan hidungmu sebanyak tiga kali. Karena setan tinggal didalam hidungmu semalaman.” Disaat lain ketika Muhammad melihat seseorang sedang wudhu membasuh kakinya dan terliwat bagian kering pada kaki orang tersebut, dia menyuruhnya untuk kembali melakukan wudhu dengan baik dan mengatakan: “Jika seorang muslim hamba Tuhan melakukan wudhu, ketika dia mencuci mukanya segala dosa dibersihkan oleh air tersebut. Dan ketika dia mencuci tangannya, dosa-dosa tangannya pun dibersihkan air. Dan ketika dia mencuci kakinya semua dosa-dosa yang kakinya lakukan dibersihkan air sampai dia bersih dari dosa seluruhnya.” Ini membuktikan apa yang Goldziher nyatakan bahwa: menurut konsep semit, air mengusir setan, membersihkan dosa. Sang Nabi suka ‘membersihkan’ kakinya ketika dia akan memakai sandal dengan cuma mengibaskan tangan ke bagian luar sandalnya.

Secara tradisi muslim harus menutupi kepalanya, khususnya bagian belakang dari kepala. Wensinck melihat ini sebagai cara untuk mencegah roh jahat memasuki tubuh. Banyak isyarat/gerak, lantunan muazin, pengangkatan tangan, dan lain-lain, yang berasal dari kepercayaan animistik yang sering dipakai dengan tujuan untuk pengusiran roh jahat.

Zoroatrianisme
Tesis mengenai pengaruh Zoroastrianisme – kadang disebut Parsisme (agama-agama Persia) – pada agama-agama dunia telah dibantah oleh beberapa scholar dan dibela mati-matian oleh yang lainnya. Widengren tanpa ragu menyatakan:
Kepentingan sejarah agama-agama Iran ada pada peran besar yang mereka mainkan dalam perkembangan Iran dan dalam kuatnya pengaruh agama tipe Iran yang ada di Barat, khususnya pada agama Yahudi setelah masa pembuangan; pada agama-agama misterius Hellenistik seperti Mithraisme; Gnosticisme; dan Islam, dimana gagasan-gagasan Iran yang ditemukan, baik dalam Sekte Shiah, sekte- sekte utama abad pertengahan dan pada agama (aliran) Islam lain serta eskatologi populer lainnya.[26]

Widengren menunjukkan pengaruh Zoroastrianisme pada Perjanjian Lama selama pembuangan Babilon pada Yahudi dalam karya Die Religionen Irans (1965). Morton Smith mungkin yang pertama menunjukkan kemiripan antara Yesaya 40-48 dengan himne Zoroastrianisme yang dikenal sebagai Gatha, khususnya Gatha 44.3-5: gagasan bahwa Tuhan menciptakan terang dan gelap ada di keduanya. John Hinnels menulis “Zoroastrian Savior Imagery and Its Influence on the New Testament,” dengan pengaruhnya yang berkembang lewat kontak-kontak orang Yahudi dengan orang Parthian pada abad ke-2 SM dan pertengahan abad ke-1 M.[27]

Islam terpengaruh langsung oleh agama dari Iran, dan pengaruh tidak langsung dari Yudaisme dan Kristen pada Islam juga tidak pernah diragukan. Untuk ini layak kita simak kemiripan antara Yudaisme dan Zoroastrianisme.
Ahura Mazda, Tuhan Tertinggi Iran, Maha Ada, Maha Kuasa dan Abadi, memiliki Kekuasaan dan Daya Cipta Tinggi yang Dia jalankan lewat perantaranya yaitu Spenta Mainyu – Roh Suci – dan mengatur jagat raya lewat para malaikat, mirip dengan YHWH. Tapi Kekuasaan Ormuzd dihalangi oleh musuhnya, Ahriman, mirip dengan Setan, yang akan dihancurkan pada akhir dunia. Disini ada kemiripan dalam ajaran eskatologinya, doktrin dunia yang melakukan regenerasi, kerajaan sempurna, kedatangan penyelamat/messiah, kebangkitan orang mati dan hidup selama-lamanya. Keduanya adalah agama yang diturunkan dari surga; Ahura Mazda menurunkan wahyu dan perintahnya pada Zoroaster digunung tempat pertemuan suci; YHWH melakukan pertemuan yang mirip yaitu dengan Musa di gunung Sinai. Aturan penyucian Zoroastrian terutama praktek membuang kekotoran (yang menyebabkan kenajisan) karena kontak dengan mayat atau materi kotor lain ada dalam Avestan Vendidad yg hampir mirip dengan aturan kitab Imamat. Enam hari penciptaan dalam Kitab Kejadian mirip dengan enam perioda penciptaan yang dituliskan dalam ayat-ayat Zoroastrian. Manusia menurut masing-masing agama berasal dari satu pasangan, Mashya (lelaki) serta Mashyana (perempuan) adalah Adam dan Hawanya versi Iran. Dalam Bible, air bah menghancurkan seluruh umat manusia kecuali sekelompok orang saleh beserta keluarganya; dalam Avesta sebuah musim dingin memusnahkan populasi bumi kecuali keluarga Yima di Vara. Dalam kedua kisah tsb bumi diisi oleh orang-orang baru dengan sepasang makhluk terbaik utk tiap jenis, dan lalu bumi terbagi menjadi tiga kerajaan. Tiga anak dari penerus Yima, Thraetaona: Airya, Sairima dan Tura menjadi pewaris dari Persia; mirip Shem, Ham dan Japhet-nya versi Semit. Yudaisme dengan kuat dipengaruhi oleh Zoroastrianisme jika dipandang dari sudut ilmu angelologi dan demonolog, dan mungkin juga dalam doktrin kebangkitannya.[28]

Penulis Islamis pertama yang menganggap serius ide pengaruh langsung Zoroastrianisme terhadap Islam mungkin adalah Goldziher, yang mana artikel-artikelnya banyak dikutip di bab ini.[29]

Kemenangan muslim atas tentara Sassanian Persia pada perang Qadisiya tahun 636M, menandai awal kontak langsung dua masyarakat ini. Kontak dua budaya ini punya pengaruh sangat besar pada Arab dan Islam. Orang Persia yang masuk Islam membawa pengertian baru mengenai kehidupan religius ke dalam Islam.

Ketika dinasti Umayyad digulingkan, dinasti Abbasid mendirikan negara teokratis dibawah pengaruh religio-politisnya Persia; Revolusi Abu Muslim yang membawa Abbasid ke puncak kekuasaan aslinya bisa disebut sebagai sebuah gerakan berbau ‘Persia’. Abbasid mengadopsi banyak tradisi dari kaum Sassanian: mereka memakai gelar Raja Persia, meski mereka sadar akan hubungan pengertian antara institusi kalifah dengan konsep kerajaannya Persia; kerajaan mereka berupa negara agama/ulama dan merekalah yang menjadi pemuka agamanya; seperti kaum Sassanian mereka menganggap diri mereka suci. Ada hubungan yang sangat dekat antara pemerintahan dan agama, sebuah hubungan yang saling ketergantungan, sebuah persatuan yang sempurna terbentuk didalamnya. Pemerintahan dan agama menjadi identik dan dengan demikian agama menjadi pemerintah bagi orang-orang lainnya.

Konsep agar mendapat kesan religius dengan cara membacakan ayat- ayat Quran adalah jiplakan dari kepercayaan Persia yang juga suka membacakan ayat-ayat dari Avestan Vendidad. Mereka sama-sama yakin dengan membacakan Kitab Suci akan membantu meringankan tugas manusia dari segala kekurangan yang didapatkan di bumi; ini penting selain bagi negara juga bagi keselamatan jiwa masing-masing individu. Baik muslim maupun Zoroastrian suka membaca kitab-kitab mereka sampai berhari-hari setelah kematian salah seorang keluarga. Kedua komunitas itu juga sama-sama menghilangkan ungkapan berduka orang mati.

Doktrin Muslim mengenai Mizan atau timbangan (Surah 21.47), yaitu timbangan yang dipakai untuk menimbang perbuatan semua manusia, dicuri dari Persia. Dibawah pengaruh ‘timbangan’ ini, para muslim menghitung nilai dari perbuatan baik dan jahat seperti kiloan dalam timbangan yang sebenarnya. Contoh, sang nabi diceritakan pernah berkata: “Siapapun yang mengucapkan doa diatas tandu jenazah mendapatkan satu kirat tapi yang hadir pada saat jenazah dikebumikan mendapat dua kirat yang mana beratnya sama dengan berat gunung Chod.” Sholat berjamaah punya nilai dua puluh lima kali lebih banyak dari sholat individu.

Menurut komentator muslim, pada hari Kiamat, malaikat Jibril akan memegang timbangan ini, sebelah menggantung di atas surga dan yang lainnya diatas neraka. Mirip dalam Parsisme, ketika hari kiamat dua malaikat akan berdiri pada jembatan penghubung surga dan neraka, memeriksa setiap orang yang lewat. Satu malaikat yang mewakili Kemurahan Hati Tuhan, memegang timbangan ditangannya untuk menimbang semua perbuatan baik orang ini, jika perbuatan baiknya lebih banyak dia akan dilewatkan ke surga; sebaliknya malaikat kedua mewakili keadilan Tuhan, menimbang perbuatan jahat dan akan melempar mereka ke neraka. Elemen lain dalam Islam mengenai timbangan ini berasal juga dari sekte Kristen yang sesat dan akan menjadi bagian diskusi kita berikutnya nanti.

Sholat lima waktu muslim juga berasal dari Persia. Muhammad sendiri, mulanya menetapkan dua sholat saja. Lalu, seperti ditulis dalam Quran, sholat ketiga ditambahkan, menjadi sholat subuh, sholat magrib dan sholat assar, yang berhubungan dengan tradisi Yahudi Shakharith, Minkah dan Arbith. Tapi ketika melakukan kontak dengan religius kaum Zoroastrian dan melihat semangat religius mereka, para muslim tidak mau kalah, tidak mau seperti kurang mengabdi dalam bidang ini dibanding mereka, maka muslim mengadopsi kebiasaan sholat lima waktu mereka; dengan demikian sejak saat itu para muslim melakukan sholat pada Auwloh mereka lima kali sehari, sebuah peniruan dari lima kali Gahs (sholat)-nya orang Persia.

Selain pengaruh Persia terhadap Islam yang masuk melalui Yudaisme dan kristen, bagaimana kebiasaan/ritual Persia bisa masuk kedalam budaya Arab pra-islam? Para pedagang Mekah secara teratur melakukan kontak dengan budaya Persia; sementara banyak juga penyair Arab suka berkelana ke kerajaan Arab di al-Hira dekat Efrat, dimana kerajaan ini sudah lama berada dibawah pengaruh Persia dan seperti Jeffery katakan, “kerajaan ini menjadi pusat utama dari pencampuran budaya Iran diantara orang Arab,”[30] para penyair seperti al-Asha, menulis puisi-puisi yang sepenuhnya memakai kata- kata Persia. Sejumlah besar kata-kata Persia dari Avestan dan Persia Tengah (Pahlavi) serta ungkapan-ungkapan lain muncul pula di Arab. Bahkan ada bukti kaum berhala Arab ada yang menjadi pemeluk Zoroastrian. Pengaruh Persia juga bisa dirasakan di Arab Selatan, dimana para pegawai pemerintah Persia memerintah disana atas nama Sassanian. Malah kita punya kesaksian dari Quran langsung, yang menyebut orang Zoroastrian sebagai orang Majusi dan menyebut serta mensejajarkan mereka dengan orang Yahudi, Sabian dan Kristen, sebagai orang-orang percaya (surah 22.17). Ibn Hisham, penulis biografi Muhammad, mengatakan bahwa ada seseorang bernama an- Nadr ibn al-Harith yang biasa bercerita pada orang Mekah kisah-kisah ‘Rustem the Great’ dan tentang Isfandiyar serta Raja-raja Persia, orang ini selalu sesumbar bahwa kisah-kisah dari Muhammad tidaklah lebih baik dari kisah-kisah yang dia ceritakan. Torrey: “sang nabi melihat para pendengarnya menghilang, dan menjadi dendam pada orang ini, dendam yang kemudian dia lampiaskan setelah perang Badar. An-Nadr ditangkap dan membayar semua ceritanya dengan nyawa.” [31] Kita juga belajar dari Ibn Hisham bahwa diantara para sahabat nabi ada seorang Persia bernama Salman, yang menceritakan pada Muhammad tentang agama nenek moyangnya.

Muhammad juga terpengaruh Zoroastrian mengenai sikapnya tentang hari Sabat dan sikapnya yang menentang gagasan Tuhan perlu istirahat setelah menciptakan dunia dalam enam hari. Teolog Parsi juga mengambil posisi yang sama, menentang hari Sabatnya Yahudi. Bagi Muhammad dan semua muslim, Jum’at bukanlah hari Sabat, hari istirahat, tapi sebuah hari dimana orang-orang berkumpul untuk melakukan penyembahan kultusnya.

Menurut hadis, Muhammad melakukan perjalanan ke surga, dimana dia bertemu malaikat Jibril, Musa dan Abraham dan kawan-kawan, menaiki seekor binatang bernama Buraq, binatang bersayap dua, putih, sebesar kuda. Buraq kabarnya mirip dengan binatang khayal orang-orang Assyrian, Gryphon, telah ditunjukkan oleh Blochet bahwa konsep muslim melulu menjiplak dari ide-ide orang Persia. Perincian dari kenaikan ke surga ini juga dicuri dari literatur Zoroastrian. Kisah muslim kurang lebih seperti ini (Muhammad yang menceritakannya):[32]

Jibril menaikkanku pada Buraq yang membawaku ke surga lapis bawah, lalu ia mengetuk pintu gerbangnya. “Siapa?” seru seseorang/sesuatu. “Ini Jibril.” “Siapa yang bersamamu?” “Ini Muhammad.” “Apa dia dipanggil?” “O ya!” jawab Jibril. “kalau begitu selamat datang; baik sekali dia bisa datang.” Dan gerbang terbuka. Ketika masuk Jibril berkata, inilah Adam, ayahmu, ucapkan salam padanya. Jadi aku mengucap salam padanya dan dia membalasnya; lalu dia berkata, Selamat datang O Nabi terunggul. Lalu Jibril membawaku ke surga lapis kedua, dan Lihat! disana ada John (Pembaptis) dan Yesus. Di surga ketiga ada Yusuf; dan keempat ada Idris (Enoch); di surga kelima ada Harun; dan ke enam ada Musa. Ketika Musa membalas salam, ia sampai menangis dan ketika ditanya alasan kenapa dia menangis, ia berkata: “Aku berduka karena lebih banyak orang/pengikut dia, nabi yang dikirim sesudah aku, yg masuk surga daripada pengikutku.” Lalu kami naik kesurga ketujuh; “Inilah Bapakmu Abraham,” kata Jibril, dan salam dilakukan pula. Lalu kami naik untuk terakhir kalinya, dimana disana banyak buah yg indah dan daun sebesar kuping gajah. “Ini,” kata Jibril, “adalah surga terakhir; dan Lihatlah! Empat sungai, dua kedalam dan dua keluar.” “Sungai apakah ini O Jibril?” Aku bertanya. Sungai yang masuk adalah sungai surga dan yang keluar adalah sungai Nil dan Efrat.

Kenaikan ke surga (atau Mi’raj) dapat dibandingkan dengan kisah Pahlavi dalam teks yang disebut Arta Viraf (atau Artay Viraf) yang ditulis beberapa ratus tahun sebelum era Muslim.[33] Para pendeta Zoroastrian merasa iman manusia telah memudar lalu mereka mengirim Arta Viraf ke surga untuk mencari tahu apa yang telah terjadi. Arta naik dari satu surga ke surga lainnya dan akhirnya berhasil kembali ke bumi untuk memberitahu orang-orang apa yang telah dia lihat disana:
Kenaikanku yang pertama adalah ke surga terendah;. Dan disana kami lihat malaikat yg bersinar menyilaukan. Dan aku tanya Sarosh sang suci dan Azar sang Malaikat: “Tempat apakah ini, dan siapakah mereka?” [Kami lalu diberitahu bahwa Arta juga naik kesurga kedua dan ketiga.] “bangkit dari singgasana emasnya, Bahman sang Malaikat kepala, ia mengantarku hingga bertemu Ormazd yang bersama sekelompok malaikat dan para pemimpin surga, semuanya bersinar cemerlang, sinar yang belum pernah kulihat sebelumnya. Pemimpinku berkata: Inilah Ormazd. Aku mengucap salam padanya dan dia berkata senang sekali menyambutku yg datang dari dunia ketempat bersinar dan suci ini.. Akhirnya guideku dan malaikat api setelah menunjukkan surga membawaku ke neraka; dan dari tempat gelap dan mengerikan itu membawaku keatas ketempat yang sangat indah dimana Ormazd dan kelompok malaikatnya berada. Aku dengan semangat menyalami dia, lalu dia dengan ramah berkata: “Arta Viraf, pergilah kedunia, kau telah melihat dan sekarang tahu mengenai Ormazd, karena akulah Dia; yang Sejati dan Benar, Dia yang aku kenal.

Dalam hadis kita juga mengenal sebuah ‘jalan’, Sirat. Kadang disebut jalan yang lurus, tapi seringnya istilah ini dipakai untuk menyebutkan sebuah jembatan yang menyeberangi neraka. Jembatan tersebut lebih tipis dari sehelai rambut (yang dibelah tujuh) dan lebih tajam dari sebilah pedang, dan dihiasi oleh hal-hal cemerlang pada satu sisi dan onak duri pada sisi lainnya. Orang-orang saleh akan mampu melewatinya dengan mudah, tapi orang jahat akan terpeleset dan jatuh ke dalam neraka.”

Ide ini jelas-jelas dicuri dari sistem Zoroastrian. Setelah kematian, jiwa manusia harus menyeberangi Jembatan Chinvat Peretu, yang setajam silet bagi orang-orang jahat dan membuatnya tak mungkin bisa terlewati.

Agama-agama dari India dan Iran mempunyai warisan budaya yang sama, karena nenek moyang mereka berasal dari keturunan yang sama – Indo Iranian, lalu mencabang menjadi bangsa yang lebih besar lagi, Indo-Eropa. Dengan demikian tidaklah heran jika menemukan tentang ‘jembatan’ (Chinvat Peretu) dalam teks Hindu kuno (misal, Yajur Veda). Bayangan islam mengenai surga juga mirip dengan kisah-kisah dari India dan Iran. Teks Zoroastrian, Hadhoxt Nask, menjelaskan nasib sebuah jiwa setelah kematian. Jiwa orang baik diam dekat mayatnya selama tiga hari, dan pada hari ketiga jiwanya akan menyaksikan perwujudan dalam bentuk seorang gadis cantik, perawan 15 tahun; lalu mereka bersama naik ke surga. Imajinasi ini mirip juga dengan kisah Hindu, Apsarasa, dijelaskan adanya ‘dewi menggairahkan yang tinggal di surganya Indra’ [34] dan kadang sering berupa para penari dari para dewa, tapi mereka juga yang menyambut jiwa-jiwa yg masuk dalam surga. “Mereka adalah hadiah bagi penghuni surga Indra, para penghuni yang gugur di medan laga.” [35]

Dengan demikian, kisah Hindu dalam segala hal mirip dengan bayangan Islam akan surga, berikut adegan-adegan menggiurkan dari para Houris (bidadari) dan perawan, hal ini menimbulkan kehebohan dikalangan para komentator Kristen awal. Para perawan ini juga ditawarkan di surga bagi para pejuang muslim yang meninggal dijalan Auwloh. Dalam beberapa ayat Quran dinyatakan penjelasan tentang surga yang mencontek dari sumber Persia: “ibriq.” Kendi air; “araik,” dipan-dipan. Yang dikatakan Jeffery mengenai subjek ini adalah: “Sepertinya sudah pasti bahwa kata “houri” (artinya gadis berkulit putih), yg dipakai orang Arab Utara adalah contekan dari komunitas Kristen, dan lalu Muhammad, dibawah pengaruh bahasa Iran memakainya untuk menjelaskan perawan surganya.” [36]

Teks Pahlavi yang menjelaskan surga membicarakan sebuah taman, dimana segala macam bunga dan pohon tumbuh. Ini mengingatkan kita pada imajinasi muslim akan Taman Surga (Surah 56.12-39; Surah 76.12-22; Surah 10.9; Surah 55.50): “Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga. . . kedua surga itu mempunyai pohon-pohonan dan buah-buahan. . . Di dalam kedua surga itu ada dua buah mata air yang mengalir. . . Di dalam kedua surga itu terdapat segala macam buah-buahan yang berpasangan.”

Ada kemiripan yang kuat antara konsep Zoroastrian tentang manusia sempurna dan konsep Sufi Muslim mengenai manusia sempurna. Kedua keyakinan itu membutuhkan niat yang kuat untuk ibadah agar bisa diterima menjadi sempurna. Keduanya sama-sama punya angka2 keramat atau takhyul: misal, angka 33 punya arti penting dalam ritual Parsi, dan dalam Islam: 33 malaikat membawa orang sholat kesurga; ketika serangkaian doa-doa suci disebut kita temukan tentang adanya 33 tasbih, 33 tahmid, 33 takbir dan seterusnya.

Catatan Kaki:
[23] Dikutip oleh Bousquet dalam prakata utk Hurgronje, Snouck, C. “La Legende qoranique d’Abraham et la politique religieuse du prophete Mohammad.” Dalam Revue Africaine, vol.95 (1951). 273-88, terjemahan Bousquet.
[24] Noldeke, T. “Arabs (Ancient).” dalam Encyclopaedia of Religion and Ethics, vol1, hal 664
[25] Zwemer, S. “Animistic Elements in Moslem Prayer” in Muslim World, dalam ‘Muslim World’, vol.8, hal.359
[26] Artikel Widengren ‘Iranian Religions’ dalam Encyclopaedia Britannica, edisi sebelas, hal.867
[27] Hinnels dalam Numen 16:161-185, 1969.
[28] Artikel ‘Zoroastrianism,’ dalam Jewish Encyclopaedia, hal.695-697
[29] Goldziher, Ignaz. “Parsism and Islam.” Dalam Revue de l’histoire des religions, vol.43 (1901), 1-29, hal-163-186
[30] Jeffery, Arthur. The Foreign Vocabulary of the Koran. Baroda, 1938. hal.14 [31] Torrey, C.C. The Jewish Foundation of Islam. New York, 1933. hal.106
[32] Tisdall, William. Original Sources of Islam. Edinburgh, 1901. hal.78 [33] Ibid., hal.80
[34] Stutley, M.J. A Dictiionary of Hinduism. London, 1977. hal.16 [35] Dowson. Hindu Mythology and Religion. Calcutta, 1991. hal.20
[36] Jeffery, Arthur. The Foreign Vocabulary of the Koran. Baroda, 1938. hal.120
-----------------------------



Jin, Iblis dan Makhluk Halus Lain
Setelah membaca semua elemen takhyul dalam Islam, kita jadi membayangkan bagaimana bisa para filsuf abad 18 menganggap agama ini sebagai agama yang rasional. Kalau saja mereka menggali lebih dalam pada ide muslim tentang jin, iblis dan makhluk halus, mereka akan malu dengan kenaifan mereka.

Kepercayaan pada malaikat dan iblis didapatkan dari Persia (Kata ‘Ifrit’ dalam Quran yang artinya ‘iblis’ berasal dari Pahlavi). Jika memang begitu maka ini didapat sudah sejak dulu kala, karena kaum berhala Arab pra-Islam sudah punya pemikiran membingungkan tentang makhluk halus ini yang katanya “ada dimana-mana tapi tidak terlihat”. Jin artinya adalah kegelapan atau tersamar atau tersembunyi. Jin adalah perwujudan dari apa yang dianggap gaib di alam, yang belum bisa dicerna oleh otak manusia saat itu, dan juga perwujudan dari aspek-aspek bahaya yang belum bisa ditundukkan manusia saat itu. Di kaum berhala Arab perwujudan-perwujudan demikian dianggap sebagai sumber rasa takut, ketika Islam datang perwujudan itu dianggap sebagai makhluk halus jahat dan ada makhluk halus yang baik juga.

Bagi kaum berhala Arab, jin tidak terlihat tapi mampu mewujud dalam bentuk macam-macam, seperti ular, kadal dan kalajengking. Jika jin memasuki tubuh manusia, ia akan membuat manusia itu gila atau kerasukan. Muhammad membawa takhyul ngaco ini dan mempertahankan kepercayaan akan makhluk-makhluk demikian: “Malah sang nabi bertindak lebih jauh lagi hingga sepertinya dia mengakui keberadaan dari dewa-dewi kaum berhala, ia menganggap dewa-dewi itu sama dengan jin (lihat Surah 37.158). Karenanya takhyul primitif Arab ini bukan hanya mendapatkan pembenaran tapi malah lebih dikembangkan lagi, disebarkan kesegenap muslim dunia dan sering digabungkan dengan hal-hal lain yang mirip, kadang malah membuat lebih heboh lagi takhyul yang sudah ada diantara mereka.”

Professor Macdonald menceritakan tentang seorang penyair yang teman dekat Muhammad bernama Hassan Ibn Thabit menjadi orang pertama yang menulis puisi dalam keadaan kerasukan jin perempuan.

Dia (jin perempuan itu) menemuinya (Hassan) disatu jalanan kota Medina, meloncat menindihnya dan memaksa mengucapkan tiga baris puisi. Mendadak dia membuat syair dan syair itu datang padanya begitu saja.. diilhami oleh Jinn. Dia menyebut mereka “saudara jinn”nya yang menganyamkan kalimat artistik dan memberitahu dia baris-baris syair yang diturunkan dari surga… Yang aneh adalah syair- syair yang dia tulis persis seperti yang biasa diturunkan menjadi wahyu untuk Quran.[37]
MacDonald menunjuk pada kemiripan luarbiasa antara istilah-istilah yang biasa ada dalam kisah-kisah hasil pengilhaman jinn-nya Hassan ibn Thabits dengan wahyu yang dituturkan Muhammad:
Ketika Hassan ditindih oleh jin dan syair-syair dikeluarkan dari mulutnya, begitu pula penuturan wahyu yang pertama dikeluarkan dari mulut Muhammad oleh Jibril. Dan kemiripan ini tidak berhenti sampai disini saja. Malaikat Jibril yang disebut sebagai rekan pengiring Muhammad, sama seperti sang jinni yang menjadi rekan pengiring Hassan sang penyair, dan kata-kata yang sama pula, nafatha (artinya kurang lebih meniupkan), digunakan utk menyebut sang pengilham ini, sang jinni yang mengilhami sang penyair dan kata ini juga digunakan untuk menyebut Jibril yang ‘meniupkan’ wahyu pada Muhammad.

Kepercayaan Muhammad akan jinn dinyatakan dalam Quran, dimana banyak sekali pengakuan dan referensi untuk jin: Surah 72 berjudul Al-Jin; surah 6.100 orang-orang musryik (orang mekah) menjadikan jin sebagai sekutu Auwloh; surah 6.128 orang Mekah dikatakan mendapatkan kesenangan dari para jin; surah 37.158 orang mekah mengakui ada hubungan antara Auwloh dan Jinn; 55.15 dikatakan Auwloh menciptakan jin dari nyala api. Banyak sekali literatur mengenai kepercayaan seputar jin ini. Bagi kita cukup untuk diketahui bahwa takhyul ini sungguh-sungguh diakui oleh Quran, dan jin oleh Islam secara resmi diakui pula keberadaannya, seperti MacDonald katakan, Keberadaan mereka sudah tidak diragukan lagi. “Status mereka (dalam hukum Islam) untuk segala aspek telah didiskusikan dan ditetapkan, dan hubungan yang bisa terjadi antara jin dengan manusia, khususnya dalam hal pernikahan dan kepemilikan juga telah ditelaah.” [38] Ibn Sina mungkin filsuf Islam pertama yang secara langsung menolak kemungkinan adanya jin.

Quran juga mengakui takhyul lain yang menyebar di dunia muslim, mata iblis (dalam bahasa Indonesia diterjemahkan ‘kejahatan’), yang dianggap sebagai sumber kesialan yang sering terjadi (Surah 113). Muhammad sendiri dikatakan percaya akan pengaruh sial ini: Asma binti Umais menceritakan bahwa: dia berkata, “O Rasul, keluarga Jafar terpengaruh oleh mata iblis; bolehkan kugunakan jampi-jampi bagi mereka?” Sang Nabi berkata, “Ya, karena jika ada sesuatu hal yang bisa mempengaruhi takdir, maka itu adalah mata iblis.”

Hutang Muslim Pada Yudaisme (Yahudi)
Islam sesungguhnya dijiplak dari Yudaisme kemudian ditambah pengakuan kenabian dari Muhammad. -S.M. Zwemer.[39]

Kita punya kesaksian dari sejarawan muslim sendiri bahwa orang Yahudi punya peran penting dalam kehidupan sosial dan komersial Medina. Kita tahu tentang suku Yahudi Bani Qaynuqa, Bani Qurayza dan Bani Nadir, yang cukup kaya utk memiliki tanah dan perkebunan sendiri. Juga ada banyak tukang kayu, seniman dan pedagang yang bekerja didalam kota itu. Orang Yahudi punya komunitas yang cukup besar pula di kota-kota lain di Arab Utara, seperti Khaibar, Taima dan Fadak. Torrey berpikir mesti ada orang Yahudi yang tinggal di Taima pada abad ke-6 SM. Pastinya ketika era Kekristenan dimulai disana, mestilah terdapat pula pemukiman Yahudi didaerah itu; migrasi selanjutnya terjadi setelah kehancuran Yerusalem di tahun 70M. Di Arab Selatan, kita juga punya bukti ada komunitas Yahudi yang didirikan oleh para pedagang. Mereka juga punya pengaruh cukup kuat, seperti ditandai dengan adanya prasasti agama Yahudi pada prasasti-prasasti di Arab Selatan. Sebuah prasasti terkenal menuliskan tentang seorang raja Himyarite, Dhu Nuwas, yang pindah agama ke Yudaisme.

“Tak pelak lagi, kesan pertama yang didapatkan oleh orang yang membaca Quran adalah bahwa Muhammad mendapat materi-materi agama dan praktek-prakteknya kebanyakan dari orang Yahudi di Hijaz. Pada hampir setiap halamannya diisi dengan kisah-kisah Yahudi, atau legenda-legenda Yahudi, atau rincian hukum dan kebiasaan para rabbi atau argumen yang mengesankan bahwa Islam adalah agamanya Abraham dan Musa.” - [Torrey, hal.2]

Para scholar seperti Noldeke dan Wellhausen setuju dengan hadis muslim bahwa Muhammad itu buta huruf; sementara Torrey dan Sprenger yakin dia itu tidak buta huruf. Jika melihat latar belakang sosial dari Muhammad, pernyataan bahwa dia tidak mendapatkan pendidikan apapun sepertinya tidak mungkin. Dia berasal dari keluarga yang terhormat, dan rasanya tak masuk akal seorang janda kaya akan meminta Muhammad untuk mengurus bisnisnya jika dia tidak bisa baca tulis. Mungkin Muhammad tidak ingin terlihat sebagai seorang yang tahu karena belajar dari buku, karena hal itu akan membuka kebohongannya yang bilang wahyu-wahyu yang dia dapatkan datang langsung dari surga, dari Tuhan.

Darimana dan bagaimana sang nabi mendapatkan pengetahuan tentang sejarah, hukum dan adat Yahudi? Dua bagian penting dalam Quran mengindikasikan bahwa dia mungkin punya guru orang Yahudi, bisa jadi seorang rabbi. Dalam surah 25.5: “Dan mereka berkata: "Dongengan-dongengan orang-orang dahulu, dimintanya supaya dituliskan, maka dibacakanlah dongengan itu kepadanya setiap pagi dan petang." Orang kafir menuduhnya telah mendengarkan dongeng- dongeng lama yang dibacakan padanya oleh orang lain. Muhammad tidak pernah menyangkal adanya guru ‘manusia’ ini, tapi tetap berkeras bahwa ilhamnya itu berasal dari surga. Dalam surah 16.103, Malaikat berkata: “Dan sesungguhnya Kami mengetahui bahwa mereka berkata: "Sesungguhnya Al Qur'an itu diajarkan oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad)". Padahal bahasa orang yang mereka tuduhkan (bahwa) Muhammad belajar kepadanya bahasa Ajam, sedang Al Qur'an adalah dalam bahasa Arab yang terang.” Torrey berpendapat bahwa sang guru ini mestilah seorang Yahudi Babilonia dari Mesopotamia Selatan.

Disamping belajar dari seseorang, dengan mengunjungi pemukiman Yahudi, Muhammad juga bisa belajar langsung dengan mengamati ritual dan upacara dari praktek-praktek Yahudi. Dalam banyak hal, orang-orang Arab yang kontak dengan komunitas Yahudi sudah mendapatkan pengetahuan akan kebiasaan, kisah, legenda dan praktek-praktek Yahudi; banyak dari materi tentang ini ditemukan dalam puisi-puisi pra-islam.
Terbukti dalam surah awal Quran, Muhammad sangat terkesan dengan Yahudi serta agama mereka. Dia lakukan semampunya untuk menyenangkan mereka dengan mengadopsi praktek-prakteknya (memilih Yerusalem sebagai arah sholat, contohnya) dan mencoba meyakinkan mereka bahwa dia hanya membawa tradisi dari nabi-nabi Yahudi mereka yang dulu.
Zwemer, yang mendasarkan tulisan-tulisannya pada tulisan Geiger yaitu Judaism and Islam, dengan baik menggambarkan pengaruh-pengaruh Yudaisme pada Islam sebagai berikut:
A. Ide dan Doktrin
1. Perkataan Hebrew para Rabbi dalam Quran
2. Pandangan-pandangan Doktrinal
3. Hukum-hukum Tata Cara dan Moral
4. Pandangan-pandangan Hidup

B. Kisah-kisah dan Legenda
Perkataan Hebrew (Ibrani) para Rabbi dalam Quran. Geiger menyusun empat belas kata dari Hebrew (bahasa Ibrani) yang mewakili ide-ide Yahudi yang tidak ditemukan pada kaum berhala Arab ataupun pada Arab-Arab lainnya:
a) Tabut – ark; akhiran –ur menunjukkan berasal dari rabbinical Hebrew, karena tidak ada kata Arab murni yang punya akhiran seperti ini.
b) Torah (Taurat) – Wahyu Yahudi
c) Jannatu And – surga, Taman Eden
d) Jahannam (Gehinnom) – Neraka (dari kata Vale of Hinnom dimana para penyembah berhala banyak berada, belakangan kata ini artinya menjadi neraka).
e) Ahbar – guru
f) Darasa – untuk mendapatkan arti mendalam dari ayat-ayat dengan riset yang pasti dan teliti.
g) Rabbani – Guru
h) Sabt – hari Sabat
i) Sakinat – kehadiran Tuhan
j) Taghut – kesalahan
k) Furqan – pembebasan, penyelamatan
l) Maun – pengulangan
m) Malakut – pemerintahan Tuhan.

Terbukti Muhammad tidak mampu mengungkapkan konsep-konsep tertentu dalam bahasa Arab aslinya, karena Quran juga berisi banyak kata-kata Aramaic dan Syria, ini menandakan banyaknya contekan ide- ide – kata-kata seperti Sawt (momok), Madina, Masjid (tempat bersembah), Sultan, Sullam (tangga), Nabi.
Inti pemikiran doktrin Islam juga dicontek dari Yudaisme, diantaranya yang paling penting adalah:

TAUHID
Seperti kita ketahui ke-Esa-an Tuhan bukanlah sesuatu yang baru bagi kaum berhala Arab; meski demikian, monoteisme mutlak dari Yudaisme saja yang membuat Muhammad terkesan dan membuatnya mendakwahkan monoteisme ketat pula.

Wahyu Tertulis
Ide akan adanya Tuhan yg membimbing dan menolong manusia lewat wahyu yang ditulis oleh manusia adalah inti dari perkembangan Muhammad. Hatinya tergerak amat dalam melihat betapa kaum Yahudi begitu khidmat ketika membaca kitab-kitab mereka: [6.20] “Orang- orang yang telah Kami berikan kitab kepadanya, mereka mengenalnya (Muhammad) seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri.” Dia bertekad untuk mempunyai sebuah kitab bahasa Arab yang akan dipelajari dan dibaca oleh para pengikutnya dengan semangat dan kekhidmatan yang sama. Pada akhirnya Quran sendiri dia sebut hanya sebuah salinan belaka, dimana yang aslinya ditulis dalam sebuah tablet yang disimpan di surga (85.22). Ide ini juga ada dalam karya Pirke Aboth, v.6, yang juga membicarakan kitab asli yang ada disurga.

Penciptaan
Kisah penciptaan versi Muhammad jelas didasarkan dari yang ada dalam Kitab Kejadian, “Dan sesungguhnya telah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, dan Kami sedikit pun tidak ditimpa keletihan.” (50.3 ). Pada ayat lainnya, Quran mengatakan bumi diciptakan dalam dua hari (41.9-12).

Tujuh Surga, Tujuh Neraka
Quran sering menyebutkan adanya tujuh surga (17.44; 23.86; 41.12; 65.12), sebuah ide yang juga ditemukan dalam Chegiga 9.2. Dalam Quran, neraka katanya punya tujuh bagian atau gerbang (15.44); dalam Zohar 2.150 kita temukan penjelasan yang sama. Ide ini berasal dari sumber kuno Indo-Iranian, karena dalam kitab-kitab Hindu maupun Zoroastrian kita menemukan tujuh penciptaan dan tujuh surga. Dalam surah 11.7 dikatakan Singgasana (Arasy) Tuhan ada diatas air; bandingkan saja dengan Rashi Yahudi, Kitab Kejadian 1:2: “Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Tuhan melayang-layang di atas permukaan air.” Dalam Surah 43.77, ada disebut-sebut Malik sebagai penjaga neraka yang memimpin penyiksaan orang-orang terkutuk; mirip dengan tradisi Yahudi yang menyebut-nyebut Pangeran Neraka. Malik jelas adalah plesetan dari Dewa Apinya Ammonites, Molech, yang disebut-sebut dalam kitab Imamat, Kitab Raja-Raja 1 dan Yeremia.

Dalam Sura 7.46 disebutkan ada dinding pembatas yang disebut Aarah, yang memisahkan surga dan neraka: “Dan di antara keduanya (penghuni surga dan neraka) ada batas; dan di atas A`raaf itu ada orang-orang yang mengenal masing-masing dari dua golongan itu dengan tanda-tanda mereka. Dan mereka menyeru penduduk surga:" Salaamun `alaikum". Mereka belum lagi memasukinya, sedang mereka ingin segera (memasukinya).”

Dalam Midrash-nya Yahudi Ecclesiastes 7.14, berapa banyak ruangan diantaranya? Rabbi Jochanan mengatakan sebuah dinding, Rabbi Acha mengatakan sebuah rentangan; guru-guru mereka berpendapat sesuatu itu sangat berdekataan sehingga orang bisa saling melihat satu sama lain.” Lagi kita temukan ayat-ayat yang mirip dalam tulisan Zoroastrian: “Jaraknya hanya sejauh terang dan gelap.

Dalam ayat2 Quran (15.18; 37.8; 67.5) kita diberitahu bahwa Setan diam-diam mendengarkan dan diusir dengan lemparan batu; yang mirip juga kita temukan dalam tulisan-tulisan Yahudi bahwa Jin “mendengarkan dari balik tirai agar mendapatkan pengetahuan utk masa yang akan datang.”

Sura 50.30: “(Dan ingatlah akan) hari (yang pada hari itu) Kami bertanya kepada Jahannam: "Apakah kamu sudah penuh?" Dia menjawab: "Masih adakah tambahan?"”, dalam buku rabbinical Othioth Derabbi Akiba 8.1 kita temukan: “Pangeran Neraka akan meminta, dari hari ke hari, berikan aku makanan hingga penuh.”
Dalam surah 11.42 dan 23.27 dikatakan tentang air bah: “Tanur telah mendidih”. Dalam karya Yahudi dikatakan bahwa orang yang tenggelam dihukum dengan air mendidih.
Ketika membicarakan tentang sulitnya masuk surga, para rabbi memberi perumpamaan seperti unta masuk lubang jarum dimana
Quran (Surah 7.40) mengutipnya persis sama.

Menurut Talmud, anggota badan manusia akan bersaksi terhadap manusia itu sendiri (Chegiga 16, Taanith 11). Satu ayatnya: “Anggota badan manusia itu sendiri akan bersaksi terhadapnya, karena ia berkata ‘Kau sendiri menjadi saksiKu kata Tuhan’ “. Bandingkan ini dengan surah 24.24: “pada hari (ketika), lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.” (juga surah 36.65 dan 41.20).

Bandingkan surah 22.47: “Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu.” Dengan Mazmur 90.4: “Sebab di mata-Mu seribu tahun sama seperti hari kemarin, apabila berlalu, atau seperti suatu giliran jaga di waktu malam.” (bandingkan juga surah 32.4 dengan Sanhedrin 96.2).

Gunung Caf
Dalam hadis dikisahkan suatu hari “Abdallah bertanya pada sang nabi apa yang menjadi titik tertinggi di bumi. ‘Gunung Caf,’ katanya.. [terbuat dari] zamrud hijau.” Kisah ini adalah versi kacau dan campur aduk dari sebuah ayat dalam Hagigah dimana kita menemukan kata “thohu” dalam Kejadian 1.2, Thohu adalah sebuah garis hijau (Cav atau Caf) yang mengelilingi seluruh dunia, karenanya kegelapan bisa muncul.

Hukum Moral dan Legal
Terdapat beberapa aturan moral yang dicontek dari Talmud oleh Muhammad.
Anak2 tidak harus patuh pada orang tuanya jika si ortu menuntut sesuatu yang jahat – Jebhamoth 6 sama dengan Surah 29.8.

Mengenai makan minum selama puasa bulan Ramadhan, Surah 2.187 mengatakan: “makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam” Dalam Minshnah Berachoth 1.2 kita mendapatkan doa2 Shema harus dilakukan “disaat orang dapat membedakan benang biru dari benang putih.”

Dalam Surah 4.46 dikatakan orang-orang percaya tidak boleh sholat ketika mabuk, kotor atau setelah menyentuh perempuan. Semua pembatasan ini juga ada dalam Berachoth 31.2 dan 111.4 dan Erubin 64.
Sholat bisa dilakukan sambil berdiri, berjalan atau ketika naik kendaraan – Berachoth 10; sura 2.239.
Sholat boleh diperpendek dalam keadaan darurat tanpa mendatangkan dosa – Mishnah Berachoth 4.4; sama dengan Surah 4.101-102.
Ritual Wudhu yg dijelaskan dalam surah 5.6 mirip dengan yang diajarkan dalam Berachot 46.
Menurut surah 4.43 dan 5.6 disebutkan jika tidak menemukan air, ber- tayamum-lah dengan tanah yang bersih. Talmud menyatakan bahwa mereka “yang membersihkan diri dengan tanah sudah cukup jika tidak ada air” (Berachot 46).
Sholat tidak harus bersuara keras (surah 17.110); Berachot 31.2 memerintahkan hal yang sama.
Quran surah 2.228 menyatakan masa idah (tunggu) tiga bulan sebelum perempuan yang diceraikan boleh menikah kembali. Lagi dalam Mishna Jabhamoth 4.10 menyatakan aturan yang sama.

Tingkat murtad seseorang untuk menikah aturannya dinyatakan dalam Quran surah 2.221, jelas diambil dari Talmud Kethuboth 40.1.
Kedua agama ini sama-sama menganjurkan sang ibu untuk menyusui anaknya selama dua tahun – bandingkan surah 31.14 dan 2.233 dengan Kethuboth 60.1.

Torrey merangkum beberapa doktrin-doktrin lain dari Muhammad yang dicontek dari Yudaisme:
Kebangkitan semua manusia, yang baik maupun yang jahat; sebuah gagasan yang sudah dikenal sejak jaman Daniel (Daniel 12.2); Hari Kiamat, yom dina rabba, ketika ‘sang Kitab’ dibuka dan setiap orang dibangunkan. Ide-ide tentang Pahala Surga, Taman dan hukuman neraka dengan api abadi neraka Jahannam; adalah ide yang diperkaya dan ditambah-tambahi oleh imajinasi Muhammad sendiri. Doktrin- doktrin roh jahat dan malaikat; khususnya aktivitas dari Iblis dan Jibril, malaikat pewahyu. Muhammad mestilah sangat tereksan dengan bab pertama kitab Kejadian, melihat dari banyaknya tempat yang diberikan dalam Quran mengenai penciptaan langit dan bumi, manusia serta objek-objek lain pada alam.[40]

Kisah-Kisah dan Legenda
Seperti kata Emanuel Deutsch, “seakan dia (Muhammad) telah menghirup udara Yudaisme sejaman sejak masa kayak-kanaknya, Yudaisme yang telah mengkristal dalam Talmud, Targum dan Midrash.”

Karakter-karakter Perjanjian Lama berikut ini juga disebutkan dalam Quran:
Aaron–Harun; Abel–Habil; Abraham–Ibrahim; Adam-Adam; Cain-Qabil; David-Daud; Elias-Ilyas; Elijah-Alyasa; Enoch-Idris; Ezra-Uzair; Gabriel- Jibril; Gog-Yajuj; Goliath-Jalut; Isaac-Ishaq; Ishmael-Ismail; Jacob-Yacub; Job-Aiyub; Jonah-Yunus; Joshua-Yusha; Joseph-Yusuf; Korah-Qarun; Lot- Lut; Magog-Majuj; Michael-Mikail; Moses-Musa; Noah-Nuh; Pharaoh- Firaun; Saul-Talut; Solomon-Sulaiman; Terah-Azar.
Kejadian-kejadian diambil dari Perjanjian Lama dan dicampur dengan dongeng-dongeng; tapi seperti yang dikemukakan dalam Dictionary of Islam, “Tanpa akurasi dan ada banyak pencampur-adukan dongeng- dongeng dengan Talmud”:
Harun membuat patung anak lembu: 20.90
Qabil dan Habil: 5.30
Abraham dikunjungi malaikat: 11.69; 15.51
Abraham siap mengkorbankan anaknya: 37.102
Kejatuhan Adam: 7.18; 2.36
Karun: 28.76; 29.39; 40.24
Penciptaan dunia: 16.3; 13.2; 35.1,12
Daud memuji Tuhan: 34.10
Banjir besar: 54.11; 69.11; 11.42
Yakub ke Mesir: 12.99
Yunus dan ikan: 6.86; 10.98; 37.142; 68.48
Kisah Yusuf: 6.84; surah 12; 40.34
Manna dan burung puyuh: 2.57; 7.160; 20.80
Musa memukul batu: 7.160
Bahtera Nuh: 11.40
Firaun: 2.49; 10.75; 43.46; 40.24,26,28,29,45
Keputusan Sulaiman: 21.78
Ratu Sheba: 27.22,23

Muhammad sangat jelas berharap untuk bisa membuat ‘sebuah hubungan yang kuat dan jelas dengan agama-agama Bible, khususnya dengan ayat-ayat Hebrew.”[41] Meski banyak kejadian dan karakter yang Muhammad contek dari Perjanjian Baru, tapi kebanyakan para scholar setuju bahwa Muhammad tidaklah mungkin mendapatkan semua itu langsung dari tangan pertama. Seperti Obermann katakan:
Bukan hanya Hebrew (Ibrani) aslinya, tapi terjemahan yang mana saja tentu berusaha untuk menghindari ketidak-sesuaian yang mencolok, tapi ketidak-sesuaian dan khayalan yang Muhammad tampilkan hampir tanpa kecuali, wahyu-wahyu Muhammad melibatkan data yang ada dalam Perjanjian Lama; kadang dari Perjanjian Baru. Hal yang paling menentukan adalah ketika elemen Bible disalahtampilkan atau disimpangkan dalam wahyunya Muhammad, kesalahan dan penyimpangan yang persis sama ini ternyata juga ada ditemukan dalam tulisan-tulisan yang bersumber dari Bible, tulisan-tulisan dalam bentuk khotbah atau penambahan khotbah, baik dalam sinagog Yahudi ataupun dalam gereja Kristen ketika itu.[42]
Tapi dalam mencontek eleven-elemen Talmud dan Yahudi lainnya, Muhammad agak “kreatif”. Seperti kata Torrey:
Karakternya semua hampir mirip, semuanya mengucapkan omong kosong yang sama. Dia sangat suka dengan dialog-dialog yang dramatis, tapi sedikit sekali punya ‘rasa’ atau tingkah laku yg dramatis. Hubungan logis antara episode satu dengan episode lanjutannya kadang longgar sekali, kadang hilang; dan poin-poin yang penting, yang diperlukan bisa agar mengerti dengan benar kisah tersebut, banyak terlewatkan. Juga ada kebiasaan yang parah yaitu pengulangan dan rasa humor yang rendah sekali… dalam Surah 11.27-51 diceritakan dengan panjang pengalaman dari Nuh… didalamnya sedikit sekali ditulis kejadiannya tapi banyak berisi pidato religius yang pada dasarnya bermakna sama, pidato ini diulang-ulang di sepanjang Quran, pidato yang sama: tumpul, bodoh dan menjemukan. Kita jadi merasa bahwa pengikut Nuh akan lebih memilih menghadapi banjir besar daripada tinggal dalam bahtera dan dicekoki ceramah konyol dan boring selama 40 hari dan 40 malam.[43]
Terlebih lagi Muhammad hanya punya dugaan samar-samar saja tentang kronologis kisah Yahudi. Dia tahu Saul, Daud dan Sulaiman adalah urutan keturunan dari para patriarki tersebut, tapi sepertinya dia tidak tahu urutan nabi-nabi lainnya dan juga tidak tahu kapan mereka itu hidup. Yang lebih aneh lagi tentang Ezra, kelihatan sekali dia tidak mampu menempatkan Ezra pada jamannya yang tepat.
Elijah, Elisha, Ayub, Yunus dan Idris kisahnya dibiarkan mengambang tanpa akhir cerita yang jelas. Dia sama sekali tidak tahu silsilah keturunan dari Yesus (yang keturunan Daud), tidak juga mengenai orang-orang yang sejaman dengan Yesus (kecuali keluarga dari Yohanes Pembaptis), tidak juga ia tahu tentang sejarah kekristenan. Dia menghubungkan Musa dengan Yesus, nyata-nyata dia percaya bahwa segera setelah wahyu Musa diturunkan tidak lama kemudian wahyu yang sama diturunkan buat orang Kristen yaitu kitab suci mereka Alkitab. Ini terlihat dari salah identifikasi dia antara Maria ibunya Yesus dengan Mariam saudara perempuan Musa dan Harun.
Muhammad memindahkan jaman kehidupan Sulaiman dalam satu peristiwa kejamannya Nuh. Kekeliruan lain termasuk ketika Muhammad menyatakan Nuh hidup selama 950 tahun setelah banjir (Surah 29.14), di mana angka 950 tahun itu sebenarnya adalah lama hidupnya Nuh, umur total Nuh (Kejadian 9.29: Jadi Nuh mencapai umur sembilan ratus lima puluh tahun, lalu ia mati). Muhammad juga keliru akan kelakuan jahat Ham yang menurut Kitab kejadian (9.22) terjadi setelah banjir besar berakhir. Lalu tidak jelas kenapa istri Nuh dia masukkan sebagai orang tidak percaya. Dalam Quran juga ada kekeliruan yang jelas antara Saul dan Gideon (Surah 2.249 dan Hakim-Hakim 7.5).

-----------
[37] Dikutip oleh Zwemer, S. The Influence of Animism on Islam. London, 1920, hal 126-127
[38] Macdonald dalam Encyclopaedia of Islam, edisi pertama artikel “Djinn” [39] Zwemer, S. Islam: A Challenge to Faith. New York, 1908. hal.17
[40] Torrey, C.C. The Jewish Foundation of Islam. New York, 1933. Hal.60
[41] Ibid., hal.105
[42] Dikutip oleh Oberman, Julian. “Islamic Origins: A Study in Background and Foundation.” Dalam The Arab Heritage. Nabih Faris, ed. Princeton, 1944, hal 94 [43] Torrey, C.C. The Jewish Foundation of Islam. New York, 1933. Hal.108



Penciptaan Adam
Dalam surah 2.30-33:
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?" Tuhan berfirman: Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!" Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Auwloh berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini". Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Auwloh berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?"”

Mari kita telusuri sumber dari kisah ini.
Ketika Tuhan berniat menciptakan manusia, Dia berfirman: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita” (Kejadian 1.26). Lalu kata mereka, “apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?” (Mazmur 8:5) Dia menjawab, “kebijakannya lebih baik dari kalian.” Lalu dibawaNya pada mereka ternak, binatang dan burung-burung, dan ditanyakan nama-namanya pada mereka, tapi mereka tidak mengetahuinya. Setelah manusia diciptakan, Dia membuat segala binatang itu lewat dihadapan manusia dan ditanyakan nama-namanya dan manusia itu menjawabnya. Ini sapi, ini keledai, ini kuda dan itu onta. Tapi siapakah namamu? Bagiku, aku dipanggil manusia bumi, karena dari bumi aku diciptakan (Midrash Rabbah dalam Leviticus, Parashah 19 dan Kejadian, Parashah 8; dan Sanhedrin 3 .)

Beberapa surah juga terdapat pengulangan cerita Tuhan memerintahkan para malaikat utk menyembah Adam (7.10-26; 15.29- 44; 18.50; 20.116). Mereka semua menurut kecuali setan. Ini juga ada dalam kisah Rabbi Moses dalam Midrash.

Kain dan Habil (Qabil dan Habil)
Geiger mengambil kisah Kain dan Habil sebagai contoh tentang apa yang dikritik Torrey mengenai gaya penceritaan Muhammad mengenai poin penting yang hilang. Geiger menunjukkan bahwa apa yang dinyatakan dalam Quran (Surah 5.27) seluruhnya tidak masuk akal dan sulit dimengerti, kisah tersebut hanya bisa dimengerti setelah membaca dari Mishna Sanhedrin 4.5. Pembunuhan Habil dalam Quran dicontek dari Bible, tapi percakapan Kain dengan Habil sebelum Kain membunuhnya diambil dari Targum Yerusalem, dikenal sebagai pseudo- Jonathan. Dalam Quran, setelah pembunuhan itu Tuhan mengirim burung gagak yang mengorek-ngorek bumi untuk menunjukkan pada Kain bagaimana caranya menyembunyikan mayat Habil:
Surah 5.27-32: Kemudian Auwloh menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Kabil) bagaimana dia seharusnya menguburkan mayit saudaranya. Berkata Kabil: "Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayit saudaraku ini?" Karena itu jadilah dia seorang di antara orang-orang yang menyesal. Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israel, bahwa: barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.”

Pernyataan dalam huruf yang ditebalkan tidak ada hubungannya dengan kisah tersebut. Pernyataan huruf tebal itu menjadi jelas jika kita membaca Mishna Sanhedrin 4.5:
Kita dapatkan bahwa dalam kasus Kain yang dibunuh saudaranya: darah dari kain menangis terdengar oleh Habil. Disini tidak dikatakan darah dalam bentuk tunggal tapi darah dalam bentuk jamak, yakni darah Kain dan darah dari calon keturunannya. Manusia diciptakan tunggal untuk menunjukkan bahwa siapapun yang membunuh seorang manusia, bisa dianggap dia membunuh seluruh keturunan yang mungkin akan dihasilkannya, tapi bagi mereka yang memelihara kehidupan seseorang dianggap dia telah memelihara seluruh kehidupan dia beserta keturunannya.
Dalam kisah Muhammad ada bagian yang hilang, tidak diceritakan, bagian hilang ini menjadi bagian yang terpenting yang menjadi penghubung antara dua bagian kisah dalam Quran tersebut, dimana tanpa bagian ini kedua kisah itu menjadi terpisah dan tidak ada artinya.

Nuh
Sebagian kisah Nuh dalam Quran jelas-jelas berasal dari Kitab Kejadian, tapi karakter Nuh sendiri dicontek dari sumber-sumber Yahudi (surah 7.59; 10.71; 22.42, dan lain-lain). Percakapan Nuh dengan kaumnya ketika dia membangun bahtera sama dengan yang kita baca dalam Sanhedrin 108; dan baik Quran maupun kitab Yahudi menyatakan bahwa generasi banjir ini dihukum dengan air bah mendidih (Rosh Hashanah 16.2 dan Sanhedrin 108; Surah 23.27)


Abraham diselamatkan dari Apinya Nimrod
Kisah Abraham (Ibrahim) ditemukan berantakan disepanjang Quran – surah 2.260; 6.74-84; 21.52-72; 19.42-50; 26.69-79; 29.16; 37.81-95; 43.26-28; 60.4; dan lain-lain). Hadis-hadis muslim juga penuh dengan kisah kehidupan Abraham ini. Telah ditunjukan oleh Geiger dan juga oleh Tisdall bahwa sumber Quran dan hadis mengenai Ibrahim dicontek dari sumber Yahudi Midrash Rabbah. Baik Midrash maupun Quran/Hadis sedikit lebih beragam kisahnya dibanding dengan kisah Bible. Dalam Kitab Kejadian kita mendapatkan bahwa Nimrod adalah cucu dari Ham, dan dia mendirikan kerajaan besar. Dalam kisah Muslim dan Midrash, Abraham dihukum karena tidak menghancurkan patung yang disembah oleh orang-orangnya Nimrod. Dia dilemparkan kedalam api tapi selamat tanpa cedera sedikitpun. Menurut Tisdall[44] keseluruhan kisah ini didasarkan pada kesalahpahaman Kitab Kejadian 15.7: "Akulah TUHAN, yang membawa engkau keluar dari Ur-Kasdim untuk memberikan negeri ini kepadamu menjadi milikmu.” Ur dalam bahasa Babilon artinya kota, dan ur-Kasdim artinya adalah kota kampung halamannya Abraham. Tapi “Ur” dalam percakapan hampir mirip dengan kata lain, “Or”, yang artinya sinar atau api. Bertahun-tahun kemudian, seorang komentator Yahudi, Jonathan ben Uzziel, menterjemahkan ayat yang sama dari kitab Kejadian sebagai “Akulah TUHAN, yang membawa engkau keluar dari perapian di Kasdim” Sang komentator itu menambah kesalahannya itu dengan berkeras bahwa semua ini terjadi “saat Nimrod melemparkan Abraham kedalam perapian, karena dia tidak mau menyembah patung dewa.” Tentu saja, Meski jika Nimrod itu pernah ada, pasti dia tidak sejaman dengan Abraham.

Yusuf
Meski kisah dari para Yusuf ini diambil kebanyakan dari Bible, Torrey[45] menunjukkan bahwa masih ada ketidak-masuk-akalan dalam kisah Quran mengenai Yusuf dalam surah 12; dan hanya jika kita mengisi hubungan yang hilang dengan ayat-ayat dari Midrash maka kisah itu menjadi masuk akal (Midrash Yalqut 146).
Istri dari Potifar mencoba merayu Yusuf, yang awalnya menolak tapi akhirnya menyerah ketika melihat sebuah penampakan yang menggentarkannya. Quran khususnya membiarkan kita meraba-raba seperti apakah penampakan yang menggentarkan Yusuf itu? Tapi, dari sumber Yahudi, Sotah 36.2, darimana Quran mencontek, kita mengetahui bahwa: “Rabbi Jochanan berkata, ‘keduanya berniat melakukan dosa; sambil menarik bajunya istri Potifar berkata, “berbaringlah denganku.” … Lalu tampak dalam pandangan Yusuf bayangan ayahnya dijendela yang memanggilnya, “Yusuf! Yusuf! Nama saudara-saudaramu akan diukir pada batu-batu di Ephod, juga namamu sendiri; akankah itu semua engkau hapuskan?””

Sambungan kisah ini dalam Quran sepenuhnya tidak dapat dimengerti jika tidak membaca sumber aslinya, dalam hal ini sumber aslinya adalah Midrash Yalkut 146. Kisah dilanjutkan dengan istri Potifar yang mengadakan pesta, dia mengundang semua perempuan yang menertawakan dia karena dg begitu mereka bisa melihat sendiri ketampanan Yusuf, dan dalam kekaguman, tangannya tidak sengaja terpotong pisau. Dalam Quran, tidak jelas kenapa bisa ada pisau; dalam Midrash Yalkut, kita tahu bahwa pisau itu dipakai untuk makan buah-buahan dalam pesta.

Dalam Quran, Yakub berkata pada anaknya agar masuk lewat pintu yang berbeda; sama juga dalam Midrash Rabbah Kitab kejadian, Parashah 91, Yakub “berkata pada mereka, masuk jangan lewat satu pintu yang sama.” Torrey menceritakan hal ini sbb:
Ketika piala itu ditemukan dalam tas Benjamin, dia langsung dituduh pencuri, saudara-saudaranya bilang, “Jika itu hasil curian, maka seorang diantara saudaranya (maksudnya Yusuf) yang mencurinya.” Para pembela Islam sampai frustasi hingga menarik-narik rambut mereka waktu mencoba menjelaskan bagaimana Yusuf sampai bisa dituduh mencuri, karena memang mereka tidak punya sumber Islam yang menerangkan hal tersebut. Penjelasan tentang hal ini kita dapatkan dalam Midrash yang menyatakan bahwa ibunya Benjamin yang mencurinya; dan menyebutkan dicurinya saat Rachel membawa semua patung-patung dewa ayahnya (Genesis xxxi.19.35).

Lagi, Quran bilang Yakub mengetahui lewat wahyu tentang anaknya Yusuf yang ternyata masih hidup (surah 12.86) tapi dalam Midrash Yalkut cxiii kita pelajari darimana dia mendapatkan informasi tersebut: “Seorang kafir bertanya pada tuan kami. Apakah orang mati terus hidup? Orang tuamu tidak percaya, akankah kamu juga? Ini mengenai Yakub katanya, dia menolak untuk ditenangkan: apakah kalau dia tahu yang mati itu masih hidup, akankah dia tenang? Tapi dia menjawab, “Bodoh, dia sudah tahu dari Roh Kudus bahwa Yusuf masih hidup, dan Ia tidak perlu ditenangkan.”

Hud (Saleh), Musa dan lainnya
Kisah Hud, yang biasanya dikenal dengan nama Biblenya, Eber, juga dicontek dari tulisan-tulisan rabbinical (bandingkan surah 11.63 dengan Mishnah Sanhedrin 10.3). Contekan yang serupa juga banyak terdapat dalam kisah Quran mengenai Musa dan Firaun. Kita ambil contoh:
Dalam Rashi, Exodus (Kitab Keluaran) 15:27, komentator Yahudi menambahkan bahwa dua belas air mancur ditemukan dekat Elim dan setiap suku punya satu sumur. Muhammad mengubah pernyataan ini dan menyatakan bahwa duabelas air mancur keluar dari batu yang dipukul Musa di Rephidim.

Dalam Aboda Sarah 2.2, kita punya kisah hebat tentang Tuhan yang menaungi bangsa Israel dengan gunung Sinai ketika menurunkan 10 perintah Tuhan. Quran membuat versi berikut surah 7.171: “Dan (ingatlah), ketika Kami mengangkat bukit ke atas mereka seakan-akan bukit itu naungan awan dan mereka yakin bahwa bukit itu akan jatuh menimpa mereka. (Dan Kami katakan kepada mereka): "Peganglah dengan teguh apa yang telah Kami berikan kepadamu, serta ingatlah selalu (amalkanlah) apa yang tersebut di dalamnya supaya kamu menjadi orang-orang yang bertakwa".”

Sulaiman dan Sheba
Quran mengarang banyak kisah-kisah tentang Sulaiman, khususnya tentang pertemuan dia dengan Ratu Sheba. Quran menyatakan kebijakan Sulaiman dengan menyebut-nyebut kemampuannya bercakap-cakap dengan binatang; para komentator Yahudi juga berpendapat sama. Dalam beberapa surah kita baca angin atau roh- roh mematuhi dia dan setan, burung serta binatang menjadi bagian dari pasukannya (surah 21.81; 27.17; 34.12; 38.36-37). Dalam Targum Kedua, Kitab Ester, kita membaca, “setan dan sejenisnya dan roh jahat tunduk padanya.” Muhammad menceritakan dongeng betapa para setan membantunya membangun Kuil dan karena ditipu, mereka terus melakukannya hingga ia mati (surah 34.13-14).

Aleksander Agung (Zulkarnain)
Quran Surah 18 sangat tidak biasa karena menceritakan segala macam kisah-kisah legenda yang bukan berasal dari sumber-sumber yang lazim, sumber lazim seperti Perjanjian Baru misalnya atau literatur rabbinical dan dongeng-dongeng Arab. Sebelum menelusuri sumber-sumber ini, kita mulai dengan kisah Musa bersama pembantunya dalam pencarian pertemuan dua sungai (Majma’ al- Bahrain), yang dikisahkan dalam 18.60-82:
Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya: "Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan; atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun". Maka tatkala mereka sampai ke pertemuan dua buah laut itu, mereka lalai akan ikannya, lalu ikan itu melompat mengambil jalannya ke laut itu. Maka tatkala mereka berjalan lebih jauh, berkatalah Musa kepada muridnya: "Bawalah ke mari makanan kita; sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini". Muridnya menjawab: "Tahukah kamu tatkala kita mencari tempat berlindung di batu tadi, maka sesungguhnya aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu dan tidak adalah yang melupakan aku untuk menceritakannya kecuali setan dan ikan itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali." Musa berkata: "Itulah (tempat) yang kita cari". Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula. Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami. Musa berkata kepada Khidhr: "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?" Dia menjawab: "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersamaku. Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?" Musa berkata: "Insya Auwloh kamu akan mendapati aku sebagai seorang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusan pun". Dia berkata: "Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu apa pun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu". Maka berjalanlah keduanya, hingga tatkala keduanya menaiki perahu lalu Khidhr melobanginya. Musa berkata: "Mengapa kamu melobangi perahu itu yang akibatnya kamu menenggelamkan penumpangnya?" Sesungguhnya kamu telah berbuat sesuatu kesalahan yang besar. Dia (Khidhr) berkata: "Bukankah aku telah berkata: "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sabar bersama dengan aku" Musa berkata: "Janganlah kamu menghukum aku karena kelupaanku dan janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku". Maka berjalanlah keduanya; hingga tatkala keduanya berjumpa dengan seorang anak, maka Khidhr membunuhnya. Musa berkata: "Mengapa kamu bunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan suatu yang mungkar". Khidhr berkata: "Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya kamu tidak akan dapat sabar bersamaku?" Musa berkata: "Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah (kali) ini, maka janganlah kamu memperbolehkan aku menyertaimu, sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan uzur padaku". Maka keduanya berjalan; hingga tatkala keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka, kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah yang hampir roboh, maka Khidhr menegakkan dinding itu. Musa berkata: "Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu". Khidhr berkata: "Inilah perpisahan antara aku dengan kamu; Aku akan memberitahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya. Adapun bahtera itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan aku bertujuan merusakkan bahtera itu, karena di hadapan mereka ada seorang raja yang merampas tiap- tiap bahtera. Dan adapun anak itu maka kedua orang tuanya adalah orang-orang mukmin, dan kami khawatir bahwa dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran. Dan kami menghendaki, supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya (kepada ibu bapaknya). Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang saleh, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya".
Noldeke dan lainnya yang telah menelusuri sumber-sumber dari kisah ini sampai pada

(1) Epik dari Gilgamesh; (2) Kisah Romansa Aleksander Agung; (3) Legenda Yahudi dari Eliya dan Rabbi Joshua bin Levi.

1. Epik Gilgamesh. Puisi Babylonia ini berasal dari abad 18 SM, menceritakan kisah kepahlawanan dari dua sahabat, Enkidu dan Gilgamesh. Ketika akhirnya Enkidu meninggal, Gilgames yang takut akan kematian memulai mencari keabadian. Dia mulai dengan mencari kakek moyangnya Utnapishtim, yang tinggal dimulut dua sungai, Gilgamesh tahu bahwa hanya Utnapishtim-lah satu-satunya manusia yang mendapat imortalitas/keabadian. Kakek moyangnya ini memberitahu dia akan sebuah tumbuhan yang bisa meremajakan kembali tubuhnya, tapi hanya bisa ditemukan didasar lautan. Akhirnya Gilgamesh (yang telah mendapatkan tumbuhan itu) tumbuhan miliknya dirampas lagi oleh seekor ular naga.

2. Romansa Aleksander Agung. Sumber langsung kisah Aleksander ini bisa ditemukan dalam litertur Syria, dalam judul Lay of Alexander, yang mana sumber aslinya juga berasal dari Alexander Romance of pseudo-Callisthenes, mungkin berasal dari abad 100 SM. Versi Syria mengisahkan bagaimana Aleksander dan kokinya Andreas mencari Mata Air Kehidupan. Di satu saat Andreas sang koki mencuci ikan air asin pada mata air kehidupan utk dimasak, begitu menyentuh air, ikan tersebut hidup kembali dan berenang kabur. Andreas meloncat masuk air untuk mengejarnya akibatnya dia menjadi immortal/abadi. Ketika Alexander tahu tentang ini, dia sadar bahwa dia telah kehilangan kesempatan utk mendapatkan mata air kehidupan yang dia cari-cari tersebut. Sayangnya Ia tidak berhasil mendapatkan kembali mata air tersebut.

3. Eliya dan Rabbi Joshua ben Levi. Legenda Yahudi menceritakan bagaimana Rabbi Joshua ben Levi melakukan perjalanan bersama Eliya. Seperti hamba Tuhan dalam Quran, Eliyah membuat sejumlah kejadian yang mirip seperti yg diceritakan diatas, Ia melakukan hal-hal menakjubkan (yang mempengaruhi sang rabbi) sama seperti hal-hal yang dilakukan Musa.

Wensinck merangkum perbandingan semua sumber tersebut. “Figur Joshua ben Levi, yang pertama diketahui oleh Muhammad lewat orang-orang Yahudi dan yang tidak muncul lagi dalam legenda-legenda muslim lain, telah diketahui.. yaitu Joshua b. Nun. Kekeliruan ini menimbulkan kebingungan antara Tuannya Joshua ben Levi, Eliyah, dengan tuannya Joshua b. Nun, yaitu Musa. Musa dalam Quran dengan demikian diceritakan mirip dengan cerita Gilgamesh, lalu Alexander dalam kisah Quran bagian pertama diceritakan mirip dengan Eliyah dalam kisah yang kedua.”[46]

Terakhir, alexander muncul kembali dalam ayat 83-98, sebagai Zulkarnain, “Dia yang memiliki Dua Tanduk.” Kita tahu dari versi Syria mengenai legenda Alexander yang juga dijuluki Dua Tanduk karena Tuhan “membuat tanduk muncul dikepalaku agar aku bisa menghancurkan kerajaan-kerajaan dunia dengannya.” Kisah Quran lalu berlanjut dengan mencampurkan kisah Gog dan Magog yg tidak ada hubungannya dengan kisah Alexander tsb. (cf., Gen.10.2, Ezek 3#).

Contekan-contekan lain
Muhammad sering menyebut Tuhannya sebagai ‘rabb’ (lord), kadang disebut rabb al-al-‘alamin (Tuhan semesta Alam), surah 56.80, 81.29, 83.6.[47] Dalam peribadatan Yahudi dan juga Aggadah kita dapatkan penyebutan yang sama: ‘ribbon ha-olamin’. Muhammad juga menyebut Tuhannya sebagai ar-rahman, Yang Maha Pemurah, terdapat dalam surah 1.1, 2.163, 19.61, 55.1 dan lain-lain, selain juga terdapat dalam pembuka surah ada juga dalam ayat-ayat lain, mungkin sekitar 50 kali disebutkan, seakan itu adalah nama lain dari Tuhannya. Istilah ini juga sering digunakan di jaman Arab pra-Islam; ditemukan prasasti-prasasti pra-Islam yang berisikan tulisan ini di Arab Selatan. Bell meragukan Muhammad tergantung pada Yudaisme dalam hal ini, tapi Obermann menunjukkan bahwa ar-rahman juga sering dipakai dalam liturgi/peribadatan Yahudi. Jeffery merangkum pendapatnya sbb: “Fakta bahwa kata-kata ini muncul dalam puisi-puisi kuno, dikenal serta dipakai juga oleh nabi-nabi saingan Muhammad seperti Musailama dari Yarnama dan Al-Aswad dari Yaman, lebih menunjuk pada sumber Kristen daripada sumber Yahudi, meski masalah ini belum lagi pasti.”[48]

Kekristenan
Dia punya pengetahuan sedikit sekali tentang ajaran-ajaran Kristen atau tentang apa Gereja Kristen itu. Malah, dia tidak pernah mengenal dari dekat pengetahuan tentang hal-hal ini. Seperti Noldeke tunjukkan, orang yang membuat kisah-kisah bodoh tentang Sakramen Kristen seperti yang dituliskan dalam sura 5.110-111, tidak mungkin tahu banyak tentang Gereja Kristen yang sebenarnya. -Richard Bell.[49]
Kekristenan tersebar luas sepanjang Arab saat Muhammad lahir, tapi kebanyakan itu dari sekte Syria, Jacobite atau Nestorian. Di al-Hira banyak keluarga terkemuka menganut kristen Monophysite. Kita tahu bahasa Syria adalah bahasa asing yang paling banyak dipakai dalam Quran. Tidak diragukan lagi, bagian terbesar dari pengaruh Syria pada Arab berasal dari Syria dengan perantaraan orang-orang Kristen al- Hira. Komunitas Kristen juga tumbuh di Arab Selatan, yaitu Najran; banyak penduduknya menganut paham Nestorian tapi ada juga yang menganut paham Monophysit yang berhubungan dengan Gereja Monophysite di Abyssinia. Menurut hadis Muslim, muhammad sendiri punya hubungan dengan orang-orang Kristen di Gereja Syria. Kita tahu dari sumber muslim bahwa waktu muda Muhammad sering bepergian ke Syria; dan ada kisah yang menceritakan dia mendengarkan khotbah Uskup dari Najran, Quss, ketika berlangsung festival Ukaz dekat Mekah.

Sudah sejak lama terjalin juga hubungan dekat dengan Abyssinia dalam bentuk hubungan dagang, dan tentu saja Arab Selatan masih berada dibawah pemerintahan Abyssinia selama beberapa waktu sebelum kelahiran Muhammad. Kita juga tahu tentang sekelompok orang Mekah yang masuk Islam dan pindah ke Abyssinia. Torrey menandai saat-saat ini sebagai saat ketertarikan akan KeKristenan yang baru muncul pada diri Muhammad. Tapi meski ada semua ini Muhammad tetap saja tidak pernah mengerti sepenuhnya tentang doktrin Trinitas. Pengertian yang dia dapatkan dan tuliskan dalam Quran mengenai kekristenan berasal dari sekte Kristen yang menyimpang.

Tujuh Orang Tidur (Seven Sleeper)
Legenda Seven Sleeper dari Efesus muncul pada akhir abad ke-5 dan menyebar keseluruh Asia Barat dan Eropa. Legenda ini disebut pertama kali dalam karya seorang uskup Syria ‘James of Sarug’ (452- 521), lalu diterjemahkan kedalam bahasa Latin oleh Gregory of Tours (540-590) menjadi ‘De Gloria Martyrum’ (1. i.c; 95). Gibbon menyatakan, “dongeng pupuler ini, yang mungkin didengar Muhammad ketika dia naik onta menuju pasar-pasar Syria, diperkenalkan sebagai Wahyu Ilahi didalam Quran.” (Sura 18.9-26). Kisah Quran dimulai demikian: “Atau kamu mengira bahwa orang- orang yang mendiami gua dan (yang mempunyai) raqim itu, mereka termasuk tanda-tanda kekuasaan Kami yang mengherankan?” Menurut dongeng, beberapa anak muda Kristen kabur menuju sebuah gua di pegunungan untuk menghindari hukuman dari Kaisar Decius. Para pengejarnya menemukan gua itu dan menutupnya. Tapi para pemuda ini secara mukjijat bisa selamat dan keluar dari gua itu 200 tahun kemudian. Para komentaror saling berselisih pendapat tentang arti dari ‘al-Raqim’ selama bertahun-tahun. Torrey[50] berpendapat bahwa nama aneh ini cuma kesalahan baca nama Decius belaka yang ditulis dalam bahasa Aramaic.

Kesalahpahaman Kisah Maria dan Doktrin Trinitas
Dalam Surah 19.28,29 kita baca setelah kelahiran Yesus, kaumnya mendatangi Maria dan berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar. Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina" Ditempat lain, Maria dinamai “Maryam putri Imran” (surah 66.12; 3.36); lalu, “Kami telah memberikan Al Kitab (Taurat) kepada Musa dan Kami telah menjadikan Harun saudaranya, menyertai dia sebagai wazir (pembantu).” Jelas sekali Muhammad keliru menganggap Maryam saudara perempuan Musa dengan Maryam ibunya Yesus. Para pembela Islam harus menguras otak mereka menjelaskan “kekeliruan ajaib yang melanggar batas ruang waktu ini.”
Dalam surah 19 kita baca Maryam ibu Yesus, menerima kunjungan dari malaikat yang mengabarkan bahwa dia akan melahirkan seorang anak, meski dia masih perawan, karena terjadi atas kehendak Tuhan. Surah 19.22-26:
Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh. Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, ia berkata: "Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti, lagi dilupakan". Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah: "Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu. Maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah: "Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang Manusia pun pada hari ini".
Kita langsung tahu sumber dari kisah ini, yaitu buku apokripa yang berjudul ‘the History of the Nativity of Mary and the Saviour’s Infancy’, dimana bayi Yesus memerintahkan pohon kurma, “Tundukkan cabang- cabangmu kebawah, agar ibuku bisa memakan buah segarmu. Lalu pohon itu membungkuk di kaki Maria, dan ia bisa memakan buahnya.. [Lalu Yesus memerintahkan pohon untuk] membuka mata air dibawahnya… Langsung pohon itu tegak dan mengeluarkan air yang sangat jernih dan manis dari akarnya.”

Bagian lain dari kisah Quran ini diambil dari Protevangelium of James the Less, ditulis dalam Hellenic Greek, dan juga dari the Coptic History of the Virgin.

Yesus
Dalam Surah 4.157-158, Penyaliban Yesus disangkal: “padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan `Isa bagi mereka” Ada yang berpendapat bahwa ini hanya karangan Muhammad belaka, tapi kita tahu ada beberapa sekte menyimpang yang juga menyangkal penyaliban, sekte seperti Bassilidian, yang mengaku bahwa Simon dari Kirene-lah yang disalibkan menggantikan Kristus.

Juga ada dongeng tentang Yesus yang sudah bisa berbicara ketika dalam ayunan, menghidupkan burung dari tanah liat (surah 3.46-49), dan lain-lain., yang semuanya dicontek dari karya-karya Koptik Apokripa, yaitu Injil Thomas. Dalam Surah 5 kita juga mengenal kisah turunnya Meja Penuh Makanan dari surga, yang aslinya berasal dari cerita Perjamuan Terakhir Yesus.

Trinitas
Doktrin Kristen tentang Trinitas disebutkan dalam tiga surah:
“Maka berimanlah kamu kepada Auwloh dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: "(Tuhan itu) tiga", berhentilah (dari ucapan itu).” Surah 4.171
“Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: "Bahwasanya Auwloh salah satu dari yang tiga", padahal sekali-kali tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih. Maka mengapa mereka tidak bertobat kepada Auwloh dan memohon ampun kepada-Nya? Dan Auwloh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Al Masih putra Maryam hanyalah seorang Rasul yang sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul, dan ibunya seorang yang sangat benar, kedua-duanya biasa memakan makanan. " Surah 5.73-75
“Dan (ingatlah) ketika Auwloh berfirman: "Hai Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: "Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Auwloh?"” Surah 5.116

Ulama Muslim terkenal yang banyak dipakai tulisan-tulisannya, al- Baidawi mengatakan bahwa orang-orang Kristen menciptakan Trinitas yang terdiri dari Tuhan, Kristus dan Maria; dan jelas itu pula yang ada dalam pemikiran Muhammad. Padahal itu doktrin Trinitas yang sesat, yang sama sekali berbeda dengan doktrin Trinitas Kisten yang resmi diterima umum oleh kalangan gereja Kristen.

Timbangan
Telah kita baca sebelumnya dari Persia muncul sebuah elemen yang dipakai oleh Islam yang disebut “Timbangan”, yaitu timbangan yang menimbang tindakan-tindakan manusia saat hari Kiamat. Tapi ada elemen-elemen lain juga yg dicontek dari karya-karya heretik, “The Testament of Abraham,” dari abad ke-2. Kemungkinan besar ide-ide ini juga diambil dari buku Mesir yang berjudul ‘The Dead'.

Kita juga sudah mengetahui bagaimana kenaikan kesurga sang nabi (Abraham) banyak didasarkan pada teks-teks Pahlavi. Tapi dalam buku “Testament of Abraham” juga didapatkan cerita-cerita seperti ini, disana diceritakan sang nabi itu dibawa kesurga oleh malaikat Michael dan diperlihatkan dua jalan yang berujung ke surga dan neraka:
Abraham melihat juga dua pintu, satu lebar seperti jalanan dan yang lain sempit. Didepan dua pintu itu ada seorang manusia (adam) duduk disinggasana emas, mukanya mengerikan. Mereka melihat jiwa-jiwa didorong para malaikat memasuki gerbang yang lebar, tapi sedikit sekali jiwa yang dimasukkan malaikat ke gerbang sempit. Dan ketika manusia itu melihat hanya sedikit yang masuk gerbang sempit, dan banyak yg masuk gerbang lebar, dia menarik-narik rambutnya dan menangis tersedu-sedu sampai jatuh ketanah. Tapi ketika dia melihat mulai banyak jiwa memasuki gerbang sempit, dia bangkit dan merasa senang hingga duduk kembali disinggasananya.

Sesuai karya muslim ‘Miskhat Masabi’, kita pelajari tentang kunjungan muhammad ke surga ketika melihat Adam: “Lihatlah: Seorang manusia duduk, disebelah kanan ada banyak bayangan orang yang gelap dan dikirinya ada banyak bayangan orang yang gelap. Ketika dia melirik kekanan dia tertawa; ketika melirik kekiri dia menangis. Dan katanya, Selamat datang nabi yang saleh, dan anak yang unggul. Inilah Adam… orang disebelah kanannya adalah para penghuni surga dan bayangan gelap disebelah kirinya adalah penghuni neraka; ketika dia melihat kekanan dia tersenyum; dan ketika melihat kekiri dia menangis.”

Lubang Jarum
Dalam Surah 7.40 kita dapatkan, “Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum.” Kemiripan yang luar biasa terdapat juga dalam Matius 19.24 “Sekali lagi Aku berkata kepadamu, lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Auwloh."” (Lihat juga Markus 10.25 dan Lukas 18.25)

Orang-orang Sabian
Banyak scholar seperti Muir contohnya, menduga Muhammad dan orang-orang sejamannya di Arab tengah abad ke-7 pastilah terpengaruh oleh orang-orang Sabian. Keadaan ini agak membingungkan karena ini mengacu pada dua sekte yang berbeda. Menurut Carra de Vaux, dalam Encyclopedia of Islam Edisi pertama, Quran menyebut orang Yahudi dan Kristen sebagai “para ahli kitab” dan itu termasuk orang Sabian, Sabian yang dimaksud adalah aliran Mandaean (sekte Gnostik). Sekte Mandaean adalah sebuah sekte Judeo-Kriten yang mempraktekkan pembaptisan, dan mungkin berasal dari Jordan Timur pada abad pertama dan kedua. Tapi, scholar lain seperti Bell dan Torrey berpendapat tidak mungkin yang dimaksud Muhammad dengan Sabian adalah orang-orang sekte Mandaean.
Kelompok kedua yang dimaksudkan adalah sekte berhala dari Sabian yaitu Harran, yang menyembah bintang dan mengakui adanya roh-roh dalam bintang. Diantara roh-roh halus ini ada pengatur tujuh planet yang dianggap sebagai altar mereka. Menurut al-Sharastani, satu kelompok Sabian menyembah bintang-bintang langsung; kelompok lain menyembah patung-patung buatan manusia yang melambangkan bintang-bintang didalam kuil-kuil mereka. Sejauh mana pengaruh kaum Sabian pada muhammad, kita bisa lihat pada banyak dan lazimnya sumpah-sumpah demi bintang dan planet-planet dalam Quran (Surah 56.75: “Maka Aku bersumpah dengan tempat beredarnya bintang-bintang.”; Surah 53 diberi nama An Najm, The Star,; ayat 1: “Demi bintang ketika terbenam”) Orang-orang Sabian mungkin benar mempengaruhi ritual dan tata cara kaum berhala Mekah – kita tahu contoh-contohnya orang Mekah menyimpan 360 patung sembahan dalam Kabah; dan tata cara mengelilingi Kabah sebanyak tujuh kali, seperti kata Muir, mungkin merupakan lambang pergerakan ketujuh planet.

--------------------
[44] Tisdall, William. Original Sources of Islam. Edinburgh, 1901. Hal.23 [45] Torrey, C.C. The Jewish Foundation of Islam. New York, 1933. Hal.109ff [46] Artikel Wensinck ‘Al Khadir’ dalam Encyclopaedia of Islam, edisi pertama
[47] Oberman, Julian. “Islamic Origins: A Study in Background and Foundation.” Dalam The Arab Heritage. Nabih Faris, ed. Princeton, 1944. Hal.100
[48] Jeffery, Arthur. The Foreign Vocabulary of the Koran. Baroda, 1938. Hal.141 [49] Bell, R. The Origin of Islam in Its Christian Environment. London, 1926. Hal.136 [50] Torrey, C.C. The Jewish Foundation of Islam. New York, 1933. Hal.46-47